Foto

Ipa

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut Nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

Puji syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah serta petunjuk-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan laporan ilmiah tentang "Pengaruh Lilitan Selotip pada Api dalam Air" ini dengan baik.

Laporan ini dibuat untuk memenuhi tugas mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam terkait dengan materi yang dipelajari yaitu Metode Ilmiah.

DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di tempat-tempat yang masih terdapat sebuah kolam/danau yang disekitarnya masih minim lampu penerangan seperti di desa-desa sering kali membuat kita takut akan hal-hal yang tidak dinginkan. Contohnya ketika kita sedang berjalan di malam hari dan melewati sebuah kolam/danau kita takut akan tercebur ke dalam kolam/danau tersebut karena jalan yang kita pijak itu tidak terlihat jelas ditambah lagi dengan suasana kolam/danau yang gelap.

Oleh karena itu saya memilih permasalahan ini sebagai point penting dalam percobaan metode ilmiah yang akan saya lakukan. Saya ingin membuat sebuah alternatif penerangan untuk kolam/danau di malam hari, walaupun hanya bersifat sementara.

Selain itu, seperti yang kita tahu, bahwa dalam film kartun yang berjudul Spongebob Squarepants kita seringkali kita melihat ada api yang menyala di lautan dan kadang bertanya-tanya bagaimana mungkin api bisa ada di lautan. Dan karena itu, saya akan membuktikan bahwa api bisa tetap menyala ketika didalam air sama seperti yang ada dalam film kartun Spongebob Squarepants.

1.2. Tujuan Penelitian

-Untuk membuat alternatif sementara sebagai penerangan kolam di malam hari
-Untuk membuktikan bahwa api dapat menyala ketika dalam air

1.3. Rumusan Masalah

1. Adakah pengaruh dari selotip yang dililitkan pada kembang api yang menyala, ketika dimasukkan kedalam air?Akankah tetap menyala?
2. Mengapa kembang api itu tetap menyala ketika dimasukkan kedalam air?
3. Adakah perbedaan yang terlihat pada kembang api yang dililit selotip berwarna bening dengan kembang api yang dililit selotip berwarna hitam?
4. Apa yang terjadi pada air tersebut? Akankah ada perubahan warna pada air tersebut?

1.4. Variabel

- Variabel Bebas :
- Variabel Terikat :
- Variabel Kontrol :

1.5. Hipotesis

1. Tentu saja ada, karena kembang api itu tetap menyala.
2. Karena Kembang api tersebut telah dililit oleh selotip sehingga permukaan kembang apinnya tetap kering walaupun dimasukkan kedalam air.
3. Ada, yaitu kembang api yang dililit oleh selotip berwarna hitam lebih lama durasi menyalanya dibandingkan dengan kembang api yang dililit selotip berwarna bening.
4. Air tersebut tidak berubah warnanya, tetapi hanya mengeluarkan buih-buih yang menunjukan air itu mendidih

BAB 2 CARA KERJA

2.1 Alat dan Bahan

a. Alat :
- Gunting
- Gelas
- Selotip ukuran besar warna bening (Packaging Tape)
- Selotip ukuran besar warna hitam (Cloth Tape)
- Korek/Bensin

b. Bahan :
- Kembang api (Petasan Sparkling)
- Air

2.2 Langkah Kerja

siapkan alat dan bahan
Potong masing-masing selotip ± 20cm (untuk satu lilitan)
Pasang pada kembang api
Pasang dengan pelan-pelan dan rata, jangan ada selotip yang menggembung
Ratakan selotipnya agar menempel merata dengan sempurna
Lakukan kembali langkah 2-5 untuk kembang api yang memakai dua lilitan selotip
siapkan gelas dan isi dengan air
Kemudian nyalakan kembang api tersebut dan masukkan kedalam air
Lihat dan perhatikan hasilnya
Catatlah durasi yang diperlukan untuk setiap kembang api itu hingga padam

Catatan:
bisa juga kembang api tersebut dinyalakan secara bersamaan dan kemudian lihat hasilnya

BAB 3 DATA DAN ANALISIS DATA

3.1 Tabel dan Hasil Penelitian

3.2 Analisis Data

1. Kembang api yang dililit selotip bening (1 lilitan)

Ketika dimasukkan kedalam air, kembang api tersebut langsung padam karena lilitan yang digunakan terlalu tipis sehingga ada celah untuk air itu masuk dan memadamkan api nya.
Namun tidak terjadi apapun pada pada air yang digunakan.

2. Kembang api yang dililit selotip hitam (1 lilitan)

Ketika dimasukkan kedalam air, kembang api itu menyala selama dua detik sehingga air itu mendidih dan mengeluarkan buih selama kembang api itu menyala. Selain itu, waktu yang digunakan untuk menyalakan kembang api itu membutuhkan waktu lebih lama dari pada kembang api yang pertama karena bahan selotipnya lebih tebal dari pada selotip berwarna bening. Air nya pun selain menjadi mendidih juga terdapat kotoran hitam yang berasal dari selotip yang terbakar.

3. Kembang api yang dililit selotip bening sebanyak 2 lilitan

Ketika dimasukkan kedalam air, kembang api itu menyala selama 5 detik dan membuat mendidih air yang digunakan. Sama seperti kembang api yang dililit oleh selotip hitam, untuk membuat nyala kembang api itu membutuhkan waktu yang cukup lama walaupun tidak selama kembang api yang dililit selotip hitam. Warna air nya tetap sama namun terdapat bekas selotip yang terbakar pada air yang digunakan.

4. Kembang api yang dililit selotip hitam sebanyak 2 lilitan

Ketika dimasukkan kedalam air, kembang api itu menyala hingga 10 detik dan air nya pun ikut mendidih selama kembang api itu menyala. Untuk menyalakan kembang api nya dibutuhkan waktu dua kali lebih lama dari pada kembang api yang hanya dililit oleh satu lilitan. kotoran yang terdapat pada air pun lebih banyak karena jumlah selotip yang terbakar pun lebih banyak.

BAB 4 PENUTUP

Kesimpulan:

Setelah melakukan eksperimen dan melihat hasilnya, dapat disimpulkan bahwa selotip berpengaruh terhadap kembang api yang menyala ketika dimasukkan kedalam air. Semakin banyak lilitan semakin lama pula kembang api itu menyala karena celah untuk air itu masuk dan memadamkan api nya semakin kecil. Dan juga, semakin tebal lilitan semakin lama pula waktu yang digunakan untuk menyalakan kembang apinya. Selain itu warna pada selotip juga mempengaruhi air yang digunakan.

Asal Mula Gunung Merapi

Asal Mula Gunung Merapi

Konon, Pulau Jawa memiliki tanah yang miring dan tidak rata. Untuk itu, para dewa di khayangan ingin menyeimbangkan Pulau Jawa dengan meletakkan sebuah gunung di tengah Pulau Jawa. Akhirnya, diputuskan untuk memindahkan Gunung Jamurdipa yang letaknya di Pantai Selatan ke daerah sekitar perbatasan Kabupaten Sleman, Boyolali, dan Klaten. Di tempat akan diletakkannya Gunung Jamurdipa, tinggallah dua orang empu sakti pembuat keris bernama Empu Rama dan Empu Pamadi. Dalam membuat keris, mereka tidak pernah menempa besi menggunakan palu atau landasan logam, tetapi langsung dengan tangan dan paha mereka sebagai alasnya. Kemudian, para dewa mengutus Batara Narada dan Dewa Penyarikan untuk menemui kedua empu tersebut dan meminta mereka untuk pindah dari sana agar tidak tertindih oleh gunung yang baru. Kedua utusan khayangan itu turun ke bumi. Mereka menyampaikan pesan para dewa kepada kedua empu tersebut. "Terima kasih atas kedatangan kalian, tetapi mohon maaf kami tidak bisa pindah dari sini, karena jika kami berpindah-pindah itu tidak baik bagi kualitas keris buatan kami," jawab Empu Rama. Batara Narada dan Dewa Penyarikan mencoba kembali menasihati kedua empu, "Namun, jika hal ini tidak kalian dilakukan, Pulau Jawa akan semakin miring:" Kedua empu sakti ini tetap pada pendirian mereka dan menolak untuk pindah. Hal ini membuat Batara Narada dan Dewa Penyarikan marah. Terjadilah pertengkaran yang dilanjutkan dengan pertarungan di antara keempatnya. Kesaktian Empu Rama dan Empu Pamadi lebih tinggi, Batara Narada dan Dewa Penyarikan dapat terpukul mundur. Dewa-dewa di khayangan murka ketika Batara Narada dan Dewa Penyarikan pulang dengan tangan hampa. "Kedua empu itu memang keras kepala! Kalau begitu, kita tidak usah memperhitungkan mereka. Segera tiupkan Gunung Jamurdipa sekarang juga!" perintah Batara Guru. Dewa Bayu lalu meniup Gunung Jamurdipa, sehingga terempas dan jatuh tepat di atas perapian kedua empu tersebut. Empu Rama da Empu Pamadi tewas tertindih gunung tersebut. Perapian tempat kedua empu tersebut kemudian berubah menjadi kawah. Akhirnya, gunung tersebut disebut dengan Gunung Merapi, karena letaknya persis di lokasi perapian kedua empu pembuat keris itu.

Riska Lestari
Minggu, 25 Februari 2018
Aplikasi Cerita Rakyat

Asal Usul Danau Singkarak

Asal Usul Danau Singkarak

Di sebuah desa yang terletak di Sumatra Barat, hiduplah Pak Buyung, istri, dan seorang anak yang bernama Indra. Mereka tinggal di sebuah gubuk kecil di pinggir laut. Sehari-hari, Pak Buyung dan istrinya mengumpulkan hasil-hasil hutan dan menangkap ikan di laut untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Setiap pagi, mereka mencari manau, rotan, dan damar, kemudian menjualnya di pasar. Jika musim ikan tiba, mereka pergi ke laut untuk menangkap ikan dengan menggunakan jala, pancing, atau bubu. Ketika sudah berusia 10 tahun, Indra mulai diajak membantu orangtuanya ke hutan dan laut. Ia anak yang rajin dan tidak pernah mengeluh. Ayah dan ibunya sangat bangga kepadanya. Hanya satu hal yang membuat mereka resah, yaitu nafsu makan Indra yang sangat besar. Sekali makan, ia biasa menghabiskan setengah bakul nasi dan beberapa piring lauk. Suatu saat, tibalah musim paceklik. Hasil hutan dan hasil laut semakin sulit didapat. Keluarga ini menyantap ubi dan talas sebagai pengganti nasi. Ternyata, musim paceklik kali ini berlangsung lama, sehingga mereka semakin sulit mendapatkan bahan makanan. Mereka harus menahan lapar setiap harinya. Lama-kelamaan, keadaan ini membuat mereka menjadi lebih peduli pada diri sendiri daripada kepada anaknya. Suatu hari, Indra mengeluh perutnya sangat lapar. Sudah berhari-hari mereka hanya makan ubi bakar. Ia menangis dan mengadu kepada ayahnya. Ayah, aku lapar sekali. Bisakah ayah beri aku makanan? rengeknya. Anak malas! Jika kamu lapar, pergi sana mencari manakan sendiri di hutan atau di laut! ujar ayahnya. Sang ibu mencoba membela Indra, karena Indra masih kecil. Namun, ayahnya tetap bersikeras agar Indra mencari makan sendiri. Berkat bujukan ibunya, Indra pun berangkat mencari makan menuju hutan di Bukit Junjung Sirih. Sebelum berangkat, Indra terlebih dulu memberi makan ayam piaraannya yang bernama Taduang. Ayam tersebut sangat setia kepada Indra. Setiap kali Indra datang atau pulang ke rumah, ia selalu berkokok menyambutnya. Dari pagi sampai siang hari, Indra pergi mencari makanan ke hutan dan ke laut. Namun sampai siang hari, tak sedikit pun didapatinya makanan untuk mengisi perutnya yang lapar. Maka, ia pun kembali pulang. Keesokan harinya, sang ayah kembali menyuruhnya pergi mencari makanan. Sementara ayah dan ibunya hanya tidur-tidur di rumah. Mereka seperti sudah pasrah terhadap keadaan. Sampai sebulan keadaan ini berlangsung dan Indra merasa tubuhnya sangat lelah. Suatu hari, ketika Indra sedang mencari makan ke laut, ibunya berhasil mendapatkan pensi (sejenis kerang yang ukurannya kecil), hasil tangkapannya bersama beberapa tetangga. Apa itu, Bu? tanya suaminya. Ibu Indra yang sedang mencuci bahan makanan mengatakan bahwa pensi sangat enak jika digulai. Ia lalu memasak gulai pensi, aromanya membuat perut sang ayah semakin lapar. Wah, sedap sekali aromanya, Bu. Apakah ini cukup untuk kita bertiga? Ibu kan tahu Indra makannya banyak sekali. Rasanya tidak cukup, kata sang ayah. Lalu bagaimana, Pak? Begini saja, kita makan saja berdua selagi Indra pergi ke laut. Jika ia kembali, kita sembunyikan lauk ini. Si Taduang pasti akan berkokok jika Indra datang. Akhirnya, Pak Buyung dan istrinya menyantap gulai pensi tersebut dengan sangat lahap. Namun belum selesai mereka makan, si Taduang berkokok. Suami istri ini segera merapikan makanan dan menyembunyikannya di bawah tempat tidur. Ketika Indra masuk ke dalam rumah, ia melihat kedua orangtuanya sedang duduk-duduk bersantai. Maaf Ayah, aku tidak mendapatkan ikan sama sekali, kata Indra. Jika kau tidak mendapatkan ikan, apa yang bisa kau makan? kata Pak Buyung. Aku lelah sekali, Ayah. Bolehkan aku makan? Baiklah kau boleh makan, tetapi kau harus mencuci ijuk ini terlebih dahulu hingga menjadi putih, ibunya sambil menyodorkan seikat ijuk yang baru saya dibawa Pak Buyung dari hutan. Indra pergi ke sungai untuk mencuci ijuk. Sekian lama ia mencuci, tetapi warna ijuk itu tidak bisa berubah. Kasihan Indra, ia tidak tahu bahwa ijuk tersebut memang berwarna hitam dan tidak akan bisa dijadikan putih meskipun dicuci. Ia tidak tahu bahwa ayah dan ibunya sedang meneruskan menyantap makanan dengan lahapnya di rumah. Merasa tubuhnya sudah sangat lelah, Indra lalu kembali ke rumah. Sampai di rumah, ia pelan-pelan masuk ke dapur. Dengan sangat terkejut, ia melihat ayah dan ibunya sedang tertidur kekenyangan di dapur dengan sisa-sisa piring makan berserakan di sekitarnya. Tidak ada lagi makan yang tersisa. Indra sangat sedih dengan apa yang dilihatnya. Ia tidak menyangka orangtuanya telah membohonginya. Dengan air mata menetes di pipinya, ia berjalan keluar dan menangkap ayam kesayanganya si Taduang. Mereka lalu duduk di sebuah batu di samping gubuk tempat tinggal Indra. Ayah dan ibu sudah membohongiku, Taduang. Aku sangat sedih. Lebih baik aku pergi, karena ternyata mereka tidak menyayangiku, isak Indra. Taduang berkokok sebagai tanda bahwa ia mengerti perasaan tuannya. Ayam itu lalu mengepakkan sayapnya seolah-olah memberi tanda kepada Indra. Indra berpegangan pada kaki Taduang. Lalu, ayam itu terbang perlahan dengan Indra yang bergantung pada kakinya. Ternyata, batu tempat mereka duduk itu terbawa di kaki Indra. Semakin ke atas batu tersebut semakin membesar dan menjadi berat. Taduang tidak lagi kuat terbang membawa Indra dan batu besar itu, Akhirnya, Indra menendang batu tersebut hingga jatuh ke bumi dan menghantam sebuah bukit yang letaknya di dekat lautan. Hempasan batu tersebut membuat lubang yang memanjang, Dengan cepat air langsung mengaliri lubang tersebut sehingga membentuk aliran sungai. Menurut cerita, aliran tersebut adalah asal-usul terbentuknya Sungai Ombilin yang mengalir sampai Riau. Kemudian, air laut menjadi menyusut membentuk sebuah danau yang kemudian dinamakan Danau Singkarak. Sementara itu, Indra dan ayam kesayangannya tidak diketahui keberadaannya.

Pesan moral dari Cerita Danau Singkarak adalah sifat suka mementingkan diri sendiri akan merugikan diri sendiri dan juga melukai hati orang lain

Riska Lestari
Minggu, 25 Februari 2018
Aplikasi Cerita Rakyat

Asal usul Pantai Karang Nini

Asal Usul Pantai Karang Nini

Aki Ambu dan Nini Arga Piara adalah sepasang suami istri yang sudah tua renta. Mereka tidak dikarunia anak, tetapi hidup saling menyayangi dan setia satu sama lain. Setiap hari menjelang malam, Aki Ambu pergi ke laut untuk memancing ikan dan baru pulang pada pagi harinya. Suatu ketika, Aki Ambu terlihat kurang sehat, sehingga Nini Arga Piara melarang Aki Ambu untuk melaut. Aki tidak apa-apa, Nini. Biarkan Aki pergi mencari ikan. Persediaan makan kita sudah mau habis. Kalau Aki tidak melaut, kita tidak punya makanan besok ujar Aki Ambu. Meskipun telah dilarang oleh istrinya, Aki Ambu tetap ingin pergi. Akhirnya, Nini Arga Piara melepaskan Aki pergi. Hati-hati ya Ki, kalau rasanya tidak kuat lebih baik pulang saja. pesannya kepada Aki Ambu. Aki Ambu pun berangkat ke laut dan mulai memancing ikan. Namun, sampai tengah malam tak satu pun ikan ia dapat. Sementara itu, Nini Arga gelisah menunggu suaminya di rumah. Sampai pagi ketika ayam berkokok, Aki Ambu belum juga pulang. Akhirnya, Nini pergi ke pantai mencoba mencari suaminya. Usahanya sia-sia. la tak menemukan Aki Ambu. Hari berikutnya, Nini Arga dibantu warga mencari Aki Ambu. Namun, tetap saja Aki Ambu tidak ditemukan. Lalu, Nini Arga duduk di pantai sambil menangis. Ya Tuhan, hamba mohon pertemukanlah hamba dengan suami hamba, tangisnya. Tuhan mengabulkan permintaannya. Tiba-tiba, di hadapannya dari dalam laut muncullah sebentuk batu karang mengambang di hadapannya. Bersamaan dengan itu terdengarlah suara gaib. Nini Arga, batu yang mengambang itu adalah penjelmaan suamimu. Jadi, jangan mencari suamimu lagi. Nini Arga menangis sejadi-jadinya. la tidak menyangka akan berpisah dengan suaminya seperti ini. Sambil terus menangis, ia berdoa kepada Tuhan. Ya Tuhan, hamba sangat mencintai suami hamba. Biarkanlah kami bersama selamanya. Ubahlah hamba menjadi seperti suami hamba. Tiba-tiba langit mendung dan petir menyambar. Tubuh Nini Arga pun berubah menjadi batu karang yang berhadapan dengan batu terapung perwujudan Aki Ambu. Oleh masyarakat sekitar batu karang tersebut dinamakan Karang Nini dan batu yang letaknya terapung perwujudan Aki Ambu dinamakan Bale Kambang, karena letaknya di atas perairan.

Pesan moral adalah kebaikan yang kalian sebarkan kepada orang lain akan berbuah kebaikan untukmu dimasa yang akan datang.

Riska Lestari
Minggu, 25 Februari 2018
Aplikasi Cerita Rakyat

Batu Belah Batu Betangkap

Batu Belah Batu Betangkup

Awal mula kisahnya adalah di tanah Gayo, Aceh – hiduplah sebuah keluarga petani yang sangat miskin. Ladang yang mereka punyai pun hanya sepetak kecil saja sehingga hasil ladang mereka tidak mampu untuk menyambung hidup selama semusim, sedangkan ternak mereka pun hanya dua ekor kambing yang kurus dan sakit-sakitan. Oleh karena itu, untuk menyambung hidup keluarganya, petani itu menjala ikan di sungai Krueng Peusangan atau memasang jerat burung di hutan. Apabila ada burung yang berhasil terjerat dalam perangkapnya, ia akan membawa burung itu untuk dijual ke kota. Suatu ketika, terjadilah musim kemarau yang amat dahsyat. Sungai-sungai banyak yang menjadi kering, sedangkan tanam-tanaman meranggas gersang. Begitu pula tanaman yang ada di ladang petani itu. Akibatnya, ladang itu tidak memberikan hasil sedikit pun. Petani ini mempunyai dua orang anak. Yang sulung berumur delapan tahun bernama Sulung, sedangkan adiknya Bungsu baru berumur satu tahun. Ibu mereka kadang-kadang membantu mencari nafkah dengan membuat periuk dari tanah liat. Sebagai seorang anak, si Sulung ini bukan main nakalnya. Ia selalu merengek minta uang, padahal ia tahu orang tuanya tidak pernah mempunyai uang lebih. Apabila ia disuruh untuk menjaga adiknya, ia akan sibuk bermain sendiri tanpa peduli apa yang dikerjakan adiknya. Akibatnya, adiknya pernah nyaris tenggelam di sebuah sungai. Pada suatu hari, si Sulung diminta ayahnya untuk pergi mengembalakan kambing ke padang rumput. Agar kambing itu makan banyak dan terlihat gemuk sehingga orang mau membelinya agak mahal. Besok, ayahnya akan menjualnya ke pasar karena mereka sudah tidak memiliki uang. Akan tetapi, Sulung malas menggembalakan kambingnya ke padang rumput yang jauh letaknya.Untuk apa aku pergi jauh-jauh, lebih baik disini saja sehingga aku bisa tidur di bawah pohon ini, kata si Sulung. Ia lalu tidur di bawah pohon. Ketika si Sulung bangun, hari telah menjelang sore. Tetapi kambing yang digembalakannya sudah tidak ada. Saat ayahnya menanyakan kambing itu kepadanya, dia mendustai ayahnya. Dia berkata bahwa kambing itu hanyut di sungai. Petani itu memarahi si Sulung dan bersedih, bagaimana dia membeli beras besok. Akhirnya, petani itu memutuskan untuk berangkat ke hutan menengok perangkap. Di dalam hutan, bukan main senangnya petani itu karena melihat seekor anak babi hutan terjerat dalam jebakannya.Untung ada anak babi hutan ini. Kalau aku jual bias untuk membeli beras dan bisa untuk makan selama sepekan, ujar petani itu dengan gembira sambl melepas jerat yang mengikat kaki anak babi hutan itu. Anak babi itu menjerit-jerit, namun petani itu segera mendekapnya untuk dibawa pulang. Tiba-tiba, semak belukar di depan petani itu terkuak. Dua bayangan hitam muncul menyerbu petani itu dengan langkah berat dan dengusan penuh kemarahan. Belum sempat berbuat sesuatu, petani itu telah terkapar di tanah dengan tubuh penuh luka. Ternyata kedua induk babi itu amat marah karena anak mereka ditangkap. Petani itu berusaha bangkit sambil mencabut parangnya. Ia berusaha melawan induk babi yang sedang murka itu. Namun, sungguh malang petani itu. Ketika ia mengayunkan parangnya ke tubuh babi hutan itu, parangnya yang telah aus itu patah menjadi dua. Babi hutan yang terluka itu semakin marah. Petani itu lari tunggang langgang dikejar babi hutan. Ketika ia meloncati sebuah sungai kecil, ia terpeleset dan jatuh sehingga kepalanya terantuk batu. Tewaslah petani itu tanpa diketahui anak istrinya. Sementara itu – di rumah isri petani itu sedang memarahi si Sulung dengan hati yang sedih karena si Sulung telah membuang segenggam beras terakhir yang mereka punyai ke dalam sumur. Ia tidak pernah membayangkan bahwa anak yang telah dikandungnya selama sembilan bulan sepuluh hari dan dirawat dengan penuh cinta kasih itu, kini menjadi anak yang nakal dan selalu membuat susah orang tua. Karena segenggam beras yang mereka miliki telah dibuang si Sulung ke dalam sumur maka istri petani itu berniat menjual periuk tanah liatnya ke pasar. Sulung, pergilah ke belakang dan ambillah periuk tanah liat yang sudah ibu keringkan itu. Ibu akan menjualnya ke pasar. Jagalah adikmu karena ayahmu belum pulang, ucapnya. Akan tetapi, bukan main nakalnya si Sulung ini. Dia bukannya menuruti perintahnya ibunya malah ia menggerutu.Buat apa aku mengambil periuk itu. Kalau ibu pergi, aku harus menjaga si Bungsu dan aku tidak dapat pergi bermain. Lebih baik aku pecahkan saja periuk ini, kata si Sulung. Lalu, dibantingnya kedua periuk tanah liat yang menjadi harapan terakhir ibunya untuk membeli beras. Kedua periuk itu pun hancur berantakan di tanah. Bukan main terkejut dan kecewanya ibu si Sulung ketika mendengar suara periuk dibanting.Aduuuuuh…..Sulung! Tidak tahukah kamu bahwa kita semua butuh makan. Mengapa periuk itu kamu pecahkan juga, padahal periuk itu adalah harta kita yang tersisa, ujar ibu si Sulung dengan mata penuh air mata. Namun si Sulung benar-benar tidak tahu diri, ia tidak mau makan pisang. Ia ingin makan nasi dengan lauk gulai ikan. Sungguh sedih ibu si Sulung mendengar permintaan anaknya itu.Pokoknya aku tidak mau makan pisang! Aku bukan bayi lagi, mengapa harus makan pisang, teriak si Sulung marah sambil membanting piringnya ke tanah. Ketika si Sulung sedang marah, datang seorang tetangga mereka yang mengabarkan bahwa mereka menemukan ayah si Sulung yang tewas di tepi sungai. Alangkah sedih dan berdukanya ibu si Sulung mendengar kabar buruk itu. Dipeluknya si Sulung sambil menangis, lalu berkata Aduh, Sulung, ayahmu telah meninggal dunia. Entah bagaimana nasib kita nanti, ratap ibu si Sulung. Tetapi si Sulung tidak tampak sedih sedikit pun mendengar berita itu. Bagi si Sulung, ia merasa tidak ada lagi yang memerintahkannya untuk melakukan hal-hal yang tidak disenanginya. Sulung, ibu merasa tidak sanggup lagi hidup di dunia ini. Hati ibu sedih sekali apabila memikirkan kamu. Asuhlah adikmu dengan baik. Ibu akan menuju ke Batu Belah. Ibu akan menyusul ayahmu, ucap ibu si Sulung. Ibu si Sulung lalu menuju ke sebuah batu besar yang menonjol, yang disebut orang Batu Belah. Sesampainya di sana, ibu si Sulung pun bernyanyi,Batu belah batu bertangkup.Hatiku alangkah merana.Batu belah batu bertangkup.Bawalah aku serta. Sesaat kemudian, bertiuplah angin kencang dan batu besar itu pun terbelah. Setelah ibu si Sulung masuk ke dalamnya, batu besar itu merapat kembali. Melihat kejadian itu, timbul penyesalan di hati si Sulung. Ia menangis keras dan memanggil ibunya sampai berjanji tidak akan nakal lagi, namun penyesalan itu datangnya sudah terlambat. Ibunya telah menghilang ditelan Batu Belah.

Pesan moral dari Legenda di atas ialah, jangan pernah meremehkan nasehat orang tua, jika kamu berbuat salah segerahlah meminta maaf.

Riska Lestari
Minggu, 25 Februari 2018
Aplikasi Cerita Rakyat

Legenda Rawa Pening

Legenda Rawa Pening

Pada zaman dahulu, hiduplah seorang anak yang sakti. Kesaktiannya ini membuat seorang menyihir jahat iri. Penyihir jahat menyihir anak itu, sehingga tubuhnya penuh luka dengan bau yang sangat menyengat. Luka-luka baru akan muncul begitu luka lama mulai kering. Keadaannya kondisi tubuhnya itu, tidak ada seorang pun yang mau berhubungan dengannya. Jangankan bertegur sapa, berdekatan saja orang tidak mau. Mereka takut tertular. Suatu hari, anak ini bermimpi ada seorang perempuan tua yang dapat menyembuhkan penyakitnya. Ia pun berkelana mencari perempuan tua dalam mimpinya tersebut. Di setiap kampung yang ia datangi, ia selalu ditolak oleh penduduk. Mereka merasa jijik dan mengusir anak ini. Akhirnya, sampailah ia di sebuah kampung yang sebagian besar penduduknya adalah orang-orang yang sombong. Tidak banyak orang yang miskin di desa itu. Mereka akan diusir atau dibuat tidak nyaman kalau tinggal di sana. Hal ini mengusik hati anak kecil ini. Pada sebuah pesta yang diselenggarakan di kampung itu, anak kecil ini berhasil masuk. Namun, orang-orang segera mengusirnya dan mencaci-makinya. Ia langsung diseret keluar. Pada saat terseret, ia berpesan kepada orang-orang itu supaya lebih memerhatikan orang tak punya. Mendengar kata-kata anak itu, beberapa orang makin marah, bahkan meludahinya sambil berkata, Dasar anak setan, anak buruk rupa! Anak itu merasa terluka dengan perlakuan orang-orang tersebut. Lalu, ia menancapkan sebuah lidi di tanah don berkata, Tak ada satu pun yang bisa mencabut lidi ini dari tanah, hanya aku yang bisa melakukannya! Orang-orang meragukan ucapan anak tersebut. Mereka pun mencoba mencabut lidi tersebut. Namun, tak seorangpun dapat melakukannya. Dalam beberapa hari, lidi itu tak bisa tercabut. Suatu hari, secara diam-diam, anak itu datang dan mencabut lidi itu. Tanpa sepengetahuannya, ada seorang warga yang melihatnya dan melaporkannya kepada warga yang lain. Dari tempat lidi itu dicabut, mengalirlah mata air. Semakin lama, air itu semakin deras. Air menenggelamkan daerah tersebut, sehingga menjadi sebuah telaga yang kini bernama Telaga Rawa Pening. Tidak ada yang selamat dari musibah itu kecuali seorang perempuan tua yang berbaik hati memberinya tempat tinggal dan merawatnya. Secara ajaib penyakit kulit anak itu sembuh. Namun, penyihir jahat yang telah menyihir si anak itu tidak terima dengan kesembuhan itu. Kemudian, ia menyihir anak itu menjadi seekor ular besar dengan sebuah kalung genta di lehernya. Konon, ular ini sering keluar dari sarangnya pada tengah malam. Setiap kali bergerak, dentingan kalung di lehernya selalu berbunyi klentang-klenting. Bunyi inilah yang kemudian membuatnya dinamakan Baru Klinting. Kemunculan ular itu diyakinin masyarakat sebagai tando keberuntungan bagi nelayan nelayan yang tidak mendapat ikan. Kini, Telaga Rama Pening adalah objek wisata yang sangat populer di Jawa Tengah. Tempat ini terletak di Desa Bukit Cinta, Kabupaten Ambarawa. Pesan moral dari Cerita Rakyat Rawa Pening adalah hargai orang lain dan jangan saling membenci. Jangan pernah hanya menilai seseorang dari penampilan luarnya saja. Apa yang terlihat menarik bisa saja buruk untuk kita begitu juga sebaliknya, apa yang kita tidak suka bisa saja bermanfaat untuk kita.

Riska Lestari
Minggu, 25 Februari 2018
Aplikasi Cerita Rakyat

Patung Sigale-gale

Patung Sigale-Gale

Pada zaman dahulu kala, ada Seorang Raja yang sangat bijaksana yang tinggal di wilayah Toba. Raja ini hanya memiliki Seorang anak, namanya Manggale. Pada zaman tersebut masih sering terjadi peperangan antar satu kerajaan ke kerajaan lain. Raja ini menyuruh anaknya untuk ikut berperang melawan musuh yang datang menyerang wilayah mereka. Pada saat peperangan tersebut anak Raja yang semata wayang tewas pada saat pertempuran tersebut. Sang Raja sangat terpukul hatinya mengingat anak satu-satunya sudah tiada, lalu Raja jatuh sakit. Melihat situasi sang Raja yang semakin hari semakin kritis , penasehat kerajaan memanggil orang pintar untuk mengobati penyakit sang Raja, dari beberapa orang pintar (tabib) yang dipanggil mengatakan bahwa sang Raja sakit oleh karena kerinduannya kepada anaknya yang sudah meninggal. Sang tabib mengusulkan kepada penasehat kerajaan agar dipahat sebuah kayu menjadi sebuah patung yang menyerupai wajah Manggale, dan saran dari tabib inipun dilaksanakan di sebuah hutan. Ketika Patung ini telah selesai, Penasehat kerajaan mengadakan satu upacara untuk pengangkatan Patung Manggale ke istana kerajaan. Sang tabib mengadakan upacara ritual, meniup Sordam dan memanggil roh anak sang Raja untuk dimasukkan ke patung tersebut. Patung ini diangkut dari sebuah pondok di hutan dan diiringi dengan suara Sordam dan Gondang Sabangunan. Setelah rombongan ini tiba di istana kerajaan , Sang Raja tiba-tiba pulih dari penyakit karena sang Raja melihat bahwa patung tersebut persis seperti wajah anaknya. Inilah asal mula dari patung Sigale-gale (Patung putra seorang Raja yang bernama Manggale).
Pesan Moral : Jangan bersedih yang berlebihan

Riska Lestari
Minggu, 25 Februari 2018
Aplikasi Cerita Rakyat

Putri Pandan Berduri

Putri Pandan Berduri

Dahulu kala di Kepulauan Riau, hiduplah seorangBatindari sekumpulanSuku Lautyang dipimpin oleh Batin Lagoi. Pemimpin Suku Laut ini merupakan seorang yang santun dan memimpin dengan adil. Tutur katanya yang lemah lembut terhadap siapa saja membuat masyarakat Suku Laut sangat mencintai pemimpinmereka itu. Suatu hari Batin Lagoisedang berjalan-jalan dipantai yang ditumbuhi semak-semak pandan yang lebat.Ketika tengah asik berjalan menikmati pemandangan dan hawa sejuk angin pantai yang berhembus , tiba-tiba Batin Lagoi mendengar suara tangisan dari semak pandan yang lebat itu. Batin Lagoi segera mencari asal suara tersebut , lalu betapa terkejutnya dia ketika melihat seorang bayi perempuan yang tergeletak di tengah semak pandan sambil menangis. Batin Lagoi merasa iba dan segera membawa pulang bayi tersebut. Bayi perempuan yang cantik itu dirawat seperti anak kandungnya sendiri dan Terkadang ia merasa bayi itu memang diberikan Tuhan untuknya. Bayi perempuan yang diberinya nama Putri Pandan Berduri itu sungguh membawa kebahagiaan bagi Batin Lagoi yang selama ini hidup sendiri. Tak terasa waktu berlalu begitu cepat. Putri Pandan Berduri telah tumbuh menjadi seorang gadis yang cantik jelita. Bukan hanya parasnya yang menawan, Putri Pandan Berduri juga memiliki sikap yang sangat anggun dan santun layaknya seorang putri. Tutur katanya yang lembut membuat masyarakat Suku Laut mencintainya. Banyak pemuda yang terpikat akan kecantikan Putri Pandan Berduri. Meski demikian tak seorangpun berani meminangnya. Batin Lagoi memang berharap agar putrinya itu berjodoh dengan anak seorang raja atau pemimpin suatu daerah. Tersebutlah seorang pemimpin di Pulau Galang yang memiliki dua orang putera bernama Julela dan Jenang Perkasa. Sedari kecil kakak beradik itu hidup rukun. Kerukunan itu sirna ketika sang ayah mengatakan bahwa sebagai anak tertua, Julela akan menggantikan dirinya sebagai pemimpin di Pulau Galang kelak. Sejak itu, Julela berubah perangai menjadi angkuh. Ia bahkan mengancam Jenang Perkasa agar selalu mengikuti setiap perkataannya sebagai calon pemimpin. Jenang Perkasa sungguh kecewa akan sikap kakaknya. Akhirnya ia memutuskan untuk meninggalkan Pulau Galang. Berhari hari ia berlayar tanpa mengetahui arah tujuan hingga tiba di Pulau Bintan. Jenang Perkasa tak pernah mengaku sebagai anak pemimpin Pulau Galang. Sehari hari ia bekerja sebagai pedagang seperti orang kebanyakan. Sebagai seorang pendatang, Jenang Perkasa cepat menyesuaikan diri. Sikapnya yang sopan dan gaya bahasanya yang halus membuat kagum setiap orang. Mereka tak habis pikir bagaimana seorang pemuda biasa memiliki sifat seperti itu. Akibatnya Jenang Perkasa menjadi bahan pembicaraan di seluruh pulau. Cerita tentang Jenang Perkasa sampai juga di telinga Batin Lagoi. Ia sangat penasaran untuk mengenal pemuda itu secara langsung. Agar tak mencolok, Batin Lagoi menyelenggarakan acara makan malam dengan mengundang seluruh tokoh terkemuka di Pulau Bintan. Ia juga mengundang Jenang Perkasa dalam acara itu. Jenang Perkasa yang sebenarnya heran mengapa dirinya diundang Batin Lagoi, datang memenuhi undangan. Sejak kedatangannya, Batin Lagoi senantiasa memperhatikan gerak gerik Jenang Perkasa. Caranya bersikap, berbicara, bahkan sampai caranya bersantap diamati Batin Lagoi diam diam. Tak dapat dipungkiri, Batin Lagoi sangat terkesan terhadap Jenang Perkasa. Terbersit dihatinya untuk menjodohkan Jenang Perkasa dengan Putri Pandan Berduri. Batin Lagoi sepertinya lupa akan keinginannya untuk menikahkan putrinya dengan seorang pangeran atau calon pemimpin. Tak mau membuang kesempatan, Batin Lagoi segera menghampiri Jenang Perkasa. "Wahai anak muda, sudah lama aku mendengar kehalusan budi pekertimu..", katanya membuka percakapan. Jenang Perkasa hanya tersenyum sopan mendengar kata kata pemimpin Pulau Bintan itu. “Malam ini aku telah membuktikkannya sendiri," lanjut Batin Lagoi sambil menatap Jenang Perkasa yang menunduk malu mendengar pujian Batin Lagoi. “Aku pikir, alangkah senangnya hatiku jika kau bersedia kunikahkan dengan putriku..." Jenang Perkasa sungguh terkejut mendengar tawaran Batin Lagoi. Ia mengusap usap lengannya untuk memastikan dirinya tak sedang bermimpi. Ia sama sekali tak menyangka ayah seorang perempuan cantik bernama Putri Pandan Berduri meminta kesediaan dirinya untuk dijadikan menantu. Jenang Perkasa tentu saja tak mau membuang kesempatan emas itu. Ia segera mengangguk setuju sambil tersenyum memandang Batin Lagoi. Beberapa hari kemudian Batin Lagoi menikahkan Putri Pandan Berduri dengan Jenang Perkasa. Pesta besar digelar untuk merayakan pernikahan putri semata wayangnya itu. Seluruh warga Pulau Bintan diundang untuk hadir. Para undangan merasa senang melihat Putri Pandan Berduri bersanding dengan Jenang Perkasa yang terlihat sangat serasi. Putri Pandan Berduri hidup bahagia dengan Jenang Perkasa. Apalagi tak lama kemudian, Batin Lagoi yang merasa sudah tua mengangkat menantunya itu untuk menggantikan dirinya menjadi pemimpin di Pulau Bintan. Jenang Perkasa yang memang anak seorang pemimpin itu rupanya mewarisi bakat kepemimpinan ayahnya. Ia mampu menjadi pemimpin yang disegani sekaligus dicintai rakyatnya. Ia juga menolak untuk kembali ketika warga Pulau Galang yang mendengar cerita tentang dirinya memintanya untuk menggantikan kakaknya. Pernikahan Putri Pandan Berduri dengan Jenang Perkasa dikaruniai tiga orang anak yang diberi nama dengan adat kesukuan. Batin Mantang menjadi kepala suku di utara Pulau Bintan, Batin Mapoi menjadi kepala suku di barat Pulau Bintan, dan Kelong menjadi kepala suku di timur Pulau Bintan. Adapun adat suku asal mereka yaitu Suku Laut tetap menjadi pedoman bagi mereka. Hingga kini Putri Pandan Berduri dan Jenang Perkasa yang telah lama tiada masih tetap dikenang oleh Suku Laut di perairan Pulau Bintan. Pesan yang bisa kita ambil dari cerita rakyat ini adalah Keutamaan memiliki perangai yang baik seperti dalam bertutur kata dan tingkah laku. Juga kita harus menjauhi sikap sombong karena sifat tersebut akan menyebabkan kita dijauhi oleh orang lain.

Riska Lestari
Minggu, 25 Februari 2018
Aplikasi Cerita Rakyat

Putri Ular Dari Simalungun

Putri Ular Dari Simalungun

Alkisah, di suatu negeri di kawasan Simalungun, Sumatera Utara, berdiri sebuah kerajaan yang dipimpin oleh seorang raja yang arif dan bijaksana. Sang Raja memiliki seorang putri yang kecantikannya sungguh luar biasa. Berita tentang kecantikan putri raja itu tersebar ke berbagai pelosok negeri. Berita tersebut juga didengar oleh seorang raja muda yang memerintah di sebuah kerajaan yang letaknya tidak jauh dari kerajaan ayah sang PutriMendengar kabar tersebut, Raja Muda yang tampan itu berniat melamar sang putri. Sang raja kemudian mengumpulkan para penasehat kerajaan untuk memusyawarahkan keinginannya tersebutWahai, para penasehatku! Apakah kalian sudah mendengar berita kecantikan putri itu tanya sang raja kepada penasehatnya Sudah, Tuan! jawab para penasehat serantakBagaimana menurut kalian, jika sang putri itu aku jadikan sebagai permaisuri sang Raja kembali bertanyaHamba setuju, Tuan! jawab salah seorang penasehatIya, Tuan! Hamba kira, Tuan dan Putri adalah pasangan yang sangat serasi. Tuan seorang raja muda yang tampan, sedangkan sang putri seorang gadis yang cantik jelita, tambah seorang penasehatBaiklah kalau begitu. Segera persiapkan segala keperluan untuk meminang sang putri, perintah sang rajaBaik, Baginda! jawab seluruh penasehat serentak. Keesokan harinya, tampak rombongan utusan raja muda meninggalkan istana menuju negeri tempat tinggal sang putri. Sesampainya di sana, mereka disambut dan dijamu dengan baik oleh ayah sang putri. Usai perjamuan, utusan sang raja muda pun menyampaikan maksud kedatangan merekaAmpun, Baginda! Maksud kedatangan kami ke sini adalah hendak menyampaikan pinangan Raja kami, jawab salah seorang utusan yang bertindak sebagai juru bicaraKami menerima pinangan Raja kalian dengan senang hati, karena kedua kerajaan akan bersatu untuk mewujudkan masyarakat yang makmur, damai dan sejahtera, jawab sang rajaTerima kasih, Baginda! Berita gembira ini segera kami sampaikan kepada Raja kami. Akan tetapi, Raja kami berpesan bahwa jika lamaran ini diterima pernikahan akan dilangsungkan dua bulan lagi, ujar utusan tersebutKenapa begitu lama tanya sang Raja tidak sabarRaja kami ingin pernikahannya dilangsungkan secara besar-besaran, jawab utusan ituBaiklah kalau begitu, kami siap menunggu, jawab sang Raja. Usai berunding, utusan Raja Muda berpamitan kepada sang Raja untuk kembali ke negeri mereka. Setibanya di sana, mereka langsung melaporkan berita gembira itu kepada Raja mereka, bahwa pinangannya diterima. Sang Raja Muda sangat gembira mendengar berita ituKalau begitu, mulai saat ini kita harus menyiapkan segala keperluan untuk upacara pernikahan ini! seru Raja MudaBaiklah, Tuan! Segera kami kerjakan, jawab seorang utusan. Sementara itu, setelah para utusan Raja Muda kembali ke negeri mereka, ayah sang Putri menemui putrinya dan menyampaikan berita pinangan ituWahai, putriku! Tahukah engkau maksud kedatangan para utusan itu tanya sang Raja kepada putrinyaTidak, ayah! Memangnya ada apa, yah sang putri balik bertanyaKetahuilah, putriku! Kedatangan mereka kemari untuk menyampaikan pinangan raja mereka yang masih muda. Bagaimana menurutmu tanya sang AyahJika ayah senang, putri bersedia, jawab sang Putri malu-maluAyah sangat bangga memiliki putri yang cantik dan penurut sepertimu, wahai putriku! sanjung sang AyahPutriku, jagalah dirimu baik-baik! Jangan sampai terjadi sesuatu yang dapat membatalkan pernikahanmu, tambah sang ayahBaik, ayah! jawab sang putri. Menjelang hari pernikahannya, sebagaimana biasa, setiap pagi sang putri pergi mandi dengan ditemani beberapa orang dayangnya di sebuah kolam yang berada di belakang istana. Di pinggir kolam disiapkan sebuah batu besar untuk tempat duduk sang putri. Usai berganti pakaian, sang putri segera masuk ke dalam kolam berendam sejenak untuk menyejukkan sekujur tubuhnya. Setelah beberapa saat berendam, sang putri duduk di atas batu di tepi kolam. Sambil menjuntaikan kakinya ke dalam air, sang putri membayangkan betapa bahagianya saat pernikahan nanti, duduk bersanding di pelaminan bersama sang suami, seorang Raja Muda yang gagah dan tampan. Di tengah-tengah sang putri asyik mengkhayal dan menikmati kesejukan air kolam itu, tiba-tiba angin bertiup kencang. Tanpa diduga, sebuah ranting pohon yang sudah kering mendadak jatuh tepat mengenahi ujung hidung sang putri. Aduuuh, hidungku! jerit sang putri sambil memegang hidungnyaDalam sekejap, tangan putri yang malang itu penuh dengan darah. Sambil menahan rasa sakit, sang putri menyuruh dayang-dayangnya untuk diambilkan cermin. Betapa terkejut dan kecewanya sang putri saat melihat wajahnya di cermin. Hidungnya yang semula mancung itu tiba-tiba menjadi sompel (hilang sebagian) tertimpa ranting pohon yang ujungnya tajam. Kini wajah sang putri tidak cantik lagi seperti semula. Ia sangat sedih dan air matanya pun bercucuran keluar dari kelopak matanya. Celaka! Pernikahanku dengan raja muda akan gagal. Ia pasti akan mencari putri lain yang tidak memiliki cacat. Jika aku gagal menikah dengan raja muda, ayah dan ibu pasti kecewa dan malu di hadapan rakyatnya, pikir sang putriSang putri sangat tertekan. Pikiran-pikiran itu terus berkecamuk di kepalanya. Hatinya pun semakin bingung. Ia tidak ingin membuat malu dan kecewa kedua orang tuanya. Namun, ia tidak mampu mengatasi permasalahan yang sedang dihadapinya. Ia tidak dapat berbuat apa-apa lagi, selain menyesali nasibnya yang malang itu. Sang putri pun jadi putus asa. Sambil menangis, ia menengadahkan kedua tangannya ke atas, lalu berdoa:Ya, Tuhan! Hukumlah hambamu ini yang telah membuat malu dan kecewa orang tuanya! doa sang putri dengan mata berkaca-kaca. Baru saja doa itu terucap dari mulut sang putri, tiba-tiba petir menyambar-nyambar sebagai tanda doa sang putri didengar oleh Tuhan. Beberapa saat kemudian, tubuh sang putri mengalami perubahan yang sangat mengejutkan. Kakinya yang putih mulus tiba-tiba mengeluarkan sisik. Sisik tersebut semakin merambat ke atas. Dayang-dayangnya pun tersentak kaget saat melihat peristiwa itu. Ketika sisik itu mencapai dada, sang putri segera memerintahkan seorang dayang-dayangnya untuk memberi tahu ayah dan ibunya di dalam istanaAmpun, Tuan! hormat sang dayang kepada rajaAda apa, dayang-dayang tanya sang rajaAmpun, Tuan! Kulit tuan putri mengeluarkan sisik seperti ular, lapor sang dayangApa? Anakku mengeluarkan sisik! tanya sang raja tersentak kagetBenar, Tuan! Hamba sendiri tidak tahu kenapa hal itu bisa terjadi, jawab sang dayang. Setelah mendengar laporan itu, sang raja dan permaisuri segera menuju ke kolam permandian. Sesampainya di tempat itu, mereka sudah tidak melihat tubuh sang putri. Yang tampak hanya seekor ular besar yang bergelung di atas batu yang biasa dipakai sang putri untuk dudukPutriku! seru sang raja kepada ular ituUlar itu hanya bisa menggerakan kepala dan menjulurkan lidahnya dengan tatapan mata yang sayu. Ia seakan hendak berbicara, namun tak satu kata pun yang terucap dari mulutnya. Putriku! Apa yang terjadi denganmu tanya permaisuri cemasMeskipun permaisuri sudah berteriak memanggilnya, namun ular itu tetap saja tidak bisa berkata apa-apa. Tak lama kemudian, ular besar penjelmaan sang putri pergi meninggalkan mereka dan masuk ke dalam semak belukar. Sang raja dan permaisuri beserta dayang-dayang tidak bisa berbuat apa-apa. Mereka sangat sedih dan menangis atas nasib malang yang menimpa sang putri. Peristiwa penjelmaan sang putri menjadi seekor ular adalah hukuman dari Yang Kuasa atas permintaannya sendiri, karena keputusasaannya. Ia putus asa karena telah membuat malu dan kecewa kedua orang tuanya. Ia tidak berhasil menjaga amanah ayahnya untuk selalu jaga diri agar tidak terjadi sesuatu yang dapat membatalkan pernikahannya dengan Raja Muda yang tampan itu.

Riska Lestari
Minggu, 25 Februari 2018
Aplikasi Cerita Rakyat

Si Baroar

Si Baroar, Asal-Usul Marga Nasution

Pada zaman dahulu kala, di Mandailing, Sumatra Utara, terdapat sebuah kerajaan kecil yang bernama Huta Bargot. Kerajaan tersebut terletak di seberang Sungai Batang Gadis. Rajanya yang bergelar Sutan Pulungan. Ia mempunyai seorang permaisuri dan putra yang masih bayi. Di sela-sela kesibukannya mengurus kerajaan, Sutan Pulungan sering meluangkan waktu pergi ke tengah hutan untuk berburu rusa. Pada suatu hari, Sutan Pulungan bersama beberapa orang hulubalang dan prajuritnya berburu rusa di sebuah hutan lebat. Sutan Pulungan membawa anjing pemburu kesayangannya yang sangat pintar dan tangkas bernama Sipamutung. Ketika mereka sampai di tengah hutan, Sipamutung tiba-tiba berlari kencang menuju ke suatu tempat. Tak berapa lama kemudian, ia pun terdengar menyalak dengan serunya. Mendengar salakan anjing kesanyangannya tersebut, Sutan Pulungan segera memerintahkan prajuritnya pergi ke tempat Sipamutung menyalak. Prajurit! Cepatlah kalian susul si Pamutung! Aku yakin dia pasti menemukan rusa! seru Sutan Pulungan kepada prajuritnya. Mendengar perintah itu, beberapa orang prajurit segera berlari ke tempat Sipamutung menyalak. Setibanya di tempat itu, mereka melihat sebuah banyangan perempuan berkelebat lari dari bawah sebatang pohon beringin besar. Sementara Sipamutung masih terus menyalak. Ketika para prajurit tersebut mendekat dan memeriksa ke bawah pohon itu, tampaklah seorang bayi laki-laki tampanterbaring di atas sebuah batu besar. Tak berapa lama kemudian, Sutan Pulungan pun tiba di tempat itu. Hai, Prajurit! Mana rusa itu? tanya Sutan Pulungan. Ampun, Baginda! Ternyata Sipamutang menyalak bukan karena menemukan rusa, tapi seorang bayi, jawab seorang prajurit.Apa katamu? Seorang bayi? tanya Sutan Pulungan terkejut seraya mendekati bayi tersebut.Siapa yang meletakkan bayi di atas batu ini? Sutan Pulungan kembali bertanya.Ampun, Baginda! Hamba juga tidak tahu. Tapi, saat baru tiba, hamba dan prajurit lainnya melihat seorang perempuan berkelebatdengan sangat cepat meninggalkan tempat ini, jawab seorang prajurit lainnya. Mendengar penjelasan prajurit tersebut, Sutan Pulungan pun yakin bahwa bayi itu sengaja dibuang oleh orang tuanya. Akhirnya, ia bersama rombongannya memutuskan untuk berhenti berburu dan segera membawa pulang bayi malang itu. Setibanya di Negeri Huta Bargot, Sutan Pulungan menyerahkan bayi itu kepada seorang janda tua bernama si Saua, yang sejak lama mendambakan seorang anak.Terima kasih, Baginda! Hamba akan merawat bayi ini seperti anak kandung hamba sendiri, ucap janda tua itu dengan senang hati. Setiap kali pergi bekerja ke sawah, perempuan tua itu meletakkan bayi tersebut di dalam baroar, yakni kandang anjing. Oleh karena itu, orang-orang pun menamakan anak itu si Baroar. Waktu terus berjalan. Si Baroar telah berusia lima tahun dengan wajah yang sangat tampan. Namun anehnya, wajah dan perawakan si Baroar sangat mirip dengan putra Sutan Pulungan, sehingga orang-orang di sekitarnya tidak dapat lagi membedakan keduanya. Orang-orang sering keliru menyapa ketika bertemu dengan salah seorang dari kedua anak tersebut. Jika si Baroar berjalan-jalan sendirian, orang-orang yang bertemu dengannya selalu memberi hormat kepadanya dan menyapanya seperti menyapa putra Sutan Pulungan. Tetapi sebaliknya, jika bertemu dengan putra Sutan Pulungan, mereka memperlakukannya seperti anak orang kebanyakan. Saat mengetahui putranya sering mendapat perlakuan demikian dari orang-orang di sekitarnya, Sutan Pulungan dan permaisurinya merasa sangat terhina. Oleh karena itu, mereka memutuskan untuk membunuh si Baroar secara rahasia agar tidak diketahui oleh orang banyak. Pada suatu hari, Sutan Pulungan mengumpulkan seluruh pembesar kerajaan untuk menyusun rencana pembunuhan rahasia tersebut. Dalam sidang tersebut, ia memerintahkan kepada pembesarnya agar segera menyelenggarakan upacara adat Sopo Godang, yakni upacara penggantian tiang besar balai sidang yang sudah lapuk. Sutan Pulungan akan menyelenggarakan upacara adat tersebut secara besar-besaran di istana Kerajaan Huta Bargot, karena ia ingin memanfaatkan keramaian itu untuk menutupi perbuatannya membunuh si Baroar. Bagaimana caranya kami membunuh si Baroar, Baginda? tanya seorang hulubalang.Sebelum memasukkan tiang pengganti ke dalam lubang tempat menanamnya, terlebih dahulu kalian harus menjatuhkan si Baroar ke dalam lubang tersebut, dan menimpanya dengan tiang pengganti, jelas Sutan Pulungan. Sutan Pulungan juga memerintahkan kepada seorang hulubalang untuk memberi tanda silang pada kening si Baroar dengan kapursirih. Ampun, Baginda! Kenapa si Baroar harus diberi tanda silang? tanya hulubalang lainnya ingin tahu.Maksudnya adalah agar kalian bisa membedakan secara pasti yang mana si Baroar dan yang mana pula putraku, sehingga kalian tidak keliru membunuh si Boroar, jelas Sutan Pulungan. Setelah mendengar penjelasan tersebut, para pembesar kerajaan segera menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan dalamupacara Sopo Godang tersebut. Begitu pula hulubalang yang telah ditunjuk oleh sang Raja segera mencari si Baroar untuk memberi tanda silang pada keningnya. Pada hari yang telah ditentukan, upacara adat itu segara akan dilaksanakan. Seluruh rakyat negeri yang akan mengikuti upacara adat tersebut telah berkumpul di halaman istana. Dalam upacara tersebut Sutan Pulungan juga menyelenggarakan berbagai atraksi dan pertunjukan seni. Hal ini bertujuan untuk mengalihkan perhatian para warga yang hadir agar para hulubalang dapat melaksanakan tugas untuk membunuh si Baroar tanpa sepengetahuan mereka. Ketika para warga sedang asyik bersuka ria, para hulubalang pun menyiapkan tiang untuk dimasukkan ke dalam lubang. Kebetulan saat itu, mereka melihat si Baroar yang sudah diberi tanda di keningnya sedang berdiri tidak jauh dari mereka. Secara sembunyi-sembunyi, mereka segera menangkap dan menjatuhkan si Baroar ke dalam lubang, kemudian menimpanya dengan tiang besar. Tak seorang pun yang mengetahui perbuatan mereka, karena para warga sedang asyik bersuka ria. Para hulu balang pun merasa lega dan gembira, karena berhasil menjalankan tugas dengan lancar. Demikian pula yang dirasakan oleh Sutan Pulungan, karena si Baroar yang selalu membuatnya terhina telah mati. Namun, sejak acara tersebut dilaksanakan, putra Sutan Pulungan tidak pernah lagi terlihat di istana. Seluruh keluarga istana menjadi panik dan segera mencari putra Sutan Pulungan. Mereka telah mencarinya di sekitar istana, namun mereka tetap tidak menemukannya. Sutan Pulung pun mulai cemas, jangan-jangan para hulubalangnya keliru dalam menjalankan tugas. Untuk itu, ia pun segera mengutus seorang hulubalang pergi ke rumah si Saua untuk melihat apakah si Baroar masih bersamanya. Ternyata benar. Sesampainya di sana, utusan melihat si Baroar sedang membelah kayu bakar bersama si Saua. Ia pun segera kembali ke istana untuk melaporkan hal itu kepada sang Raja. Ampun, Baginda! Ternyata si Baroar masih hidup. Ia masih bersama janda tua itu, lapor utusan itu. Mendengar laporan itu, Sutan Pulungan langsung naik pitam. Ia sangat marah kepada para hulubalangnya yang telah keliru menjalankan tugasnya.Hai, para Hulubalang! Kalian telah salah membunuh. Anak yang kalian masukkan ke dalam lubang itu adalah putraku, bukan si Baroar! seru Sutan Pulungan dengan wajah memerah. Rupanya kekeliruan itu bermula beberapa saat sebelum upacara adat tersebut dilaksanakan. Putra Sutan Pulungan melihat tanda silang pada kening si Baroar. Karena ingin seperti si Baroar, ia pun menyuruh seseorang untuk membuat tanda yang serupa di keningnya. Kemudian ia pergi ke tengah keramaian upacara, dan pada saat itulah para hulubalang menangkapnya secara sembunyi-sembunyi, lalu memasukkannya ke dalam lubang. Sutan Pulungan yang telah kehilangan putranya segera memerintahkan tiga orang hulubalangnya untuk membunuh si Baroar. Ketiga hulubalang itu pun segera menuju ke rumah si Baroar dengan pedang terhunus. Saat tiba di sana, mereka tidak menemukan si Baroar dan si Saua. Rupanya, ada orang yang mengetahui rencana pembunuhan yang akan dilakukan oleh para hulubalang tersebut terhadap si Baroar. Orang itu pun memberitahu si Saua agar segera menyelamatkan si Baroar. Jadi, sebelum para hulubalang tersebut tiba di rumahnya, si Saua telah membawa lari si Baroar ke daerah persawahan yang sedang menguning padinya, tak jauh dari tepi Sungai Batang Gadis. Ketika sampai di daerah persawahan, si Saua mengajak si Baroar untuk bersembunyi di sebuah gubuk yang atapnya hanya tinggal rangkanya yang berdiri di tengah sawah. Sebab, ia yakin bahwa para hulubalang tersebut pasti akan mengejar dan mendapati mereka sebelum tiba di tepi sungai. Anakku! Kita bersembunyi di sini saja! Kalau kita terus berlari, mereka pasti akan menangkap kita, karena mereka bisa berlari dengan cepat! ujar si Saua seraya merangkul tubuh si Baroar. Para hulubalang tersebut tiba-tiba kehilangan jejak. Saat melihat sebuah gubuk di tengah sawah, mereka pun mendekatinya. Ketika sampai di dekat gubuk itu, langkah mereka tiba-tiba terhenti. Si Saua dan si Baroar pun semakin ketakutan, karena mengira parahulubalang tersebut mengetahui keberadaan mereka. Namun ternyata, para hulubalang tersebut berhenti melangkah, karena melihat ada seekor burung balam sedang bertengger di puncak kerangka atap gubuk itu sambil terus berkicau. Ayo kawan-kawan kita cari mereka di tempat lain! Untuk apa kita cari di si janda tua dan si Baroar di gubuk itu. Kalau mereka bersembunyi di situ, tidak mungkin burung balam itu bertengger di atas sana! seru hulubalang yang memimpin pengejaran itu. Setelah para hulubalang tersebut cukup jauh dari gubuk itu, si Saua dan si Baroar keluar dari gubuk itu dan berlari menuju ke arahSungai Batang Gadis. Namun sialnya, para hulubalang melihat mereka lagi. Hai, itu mereka! Ayo kita kejar! seru pemimpin hulubalang. Si Saua dan si Baroar pun berlari semakin cepat. Ketika mereka tiba di tepi sungai, ternyata Sungai Batang Gadis sedang banjir besar, sehingga mereka tidak dapat menyeberang. Sementara para hulubalang yang mengejarnya semakin dekat. Mereka tidak dapat berbuat apa-apa lagi. Dalam keadaan nyawa terancam, si Saua segera bersujud ke tanah memohon pertolongan Tuhan Yang Mahakuasa. Ya Tuhan! Selamatkanlah nyawa kami! ucap si Saua. Ketika mengangkat kepalanya kembali, si Saua melihat sebatang kayu besar yang amat panjang hanyut melintang di tengah sungai. Anehnya, kayu besar itu berhenti tepat di hadapan mereka dalam keadaan melintang sampai ke seberang. Tanpa berpikir panjang dan merasa takut sedikit pun, janda tua itu dan si Baroar segera meniti kayu besar itu. Begitu tiba di seberang sungai, kayu besar itu kembali hanyut terbawa arus banjir. Para hulubalang yang baru tiba di tepi sungai tak dapat lagi mengejar mereka. Akhirnya, si Saua dan si Baroar selamat dari kematian. Konon, beberapa tahun kemudian, di seberang Sungai Batang Gadis tersebut berdirilah sebuah kerajaan yang bernama Panyabungan Tonga-Tonga yang dipimpin oleh si Baroar bersama permaisurinya. Keturunannya kemudian dikenal sebagai orang-orang Mandailing yang bermarga Nasution. Pesan Moral : Seseorang yang berniat jahat kepada orang yang tak bersalah, maka dia sendiri yang akan tertimpa musibah.

Riska Lestari
Minggu, 25 Februari 2018
Aplikasi Cerita Rakyat

Si Pitung

Si Pitung

Jagoan Betawi Pada jaman dahulu. Di daerah Jakarta Barat, tepatnya di Rawabelong, tinggalah sepasang suami istri dengan seorang anak laki-laki. Anak laki-laki tersebut bernama si Pitung. Sejak Pitung kecil, mereka sangat berharap agar anak semata wayangnya itu tumbuh menjadi anak yang baik dan soleh. Oleh karena itu, Pitung di sekolahkan di pesantren milik seorang guru ngaji bernama Haji Naipin. Di pesantren Haji Naipin, Pitung di ajarkan mengaji, membaca, menulis, berhitung, dan bela diri. Pitung sangat pandai. Ia merupakan salah satu murid kesayangan dan kebanggan Haji Naipin. Setelah ilmu yang di pelajarinya cukup, Pitung kembali ke rumah. Kedua orang tuanya menyambut kepulangan Pitung dengan rasa senang. Nyaknya memasakan makanan yang sangat lezat. Pitung memakan hidangan tersebut dengan lahap. Maklum, selama di pesantren ia biasa makan seadanya. Selama di rumah, Pitung sangat rajin membantu orang tua. Ia mengembala kambing milik babehnya. Setiap pagi ia selalu menggiring kambing-kambing ke daerah perbukitan yang banyak rumput. Kambing-kambing di biarkan makan sampai perutnya kenyang. Setelah matahari terbenam, barulah ia pulang ke rumah. Kehidupan Pitung sangat sederhana. Babenya tidak memiliki pekerjaan yang tetap. Biasanya ia datang ke ladang orang dan membeli buah-buahan yang masih setengah matang. Harga belinya lebih murah. Lalu, buah itu diperam. Setelah matang, baru dijual ke pasar dengan harga lebih tinggi. Pada suatu hari, babehnya menyuruh Pitung menjual dua ekor Kambing ke pasar Tanah Abang. Pitung, Badan Babeh serasa tidak enak. Lo bantu babeh jualin kambing-kambing ini ke pasarujar ayahnya. Tentu saja Beh.Jawab Pitung. Pastikan harganya jangan terlalu rendah ya.Ujar Babeh si Pitung Pergilah Pitung ke Tanah Abang sambil menggiring dua ekor Kambingnya yang akan di jual. Kambing yang di bawa Pitung, kambing yang sehat dan gemuk-gemuk. Para pembeli tertarik dengan kambing Pitung. Tidak perlu menunggu lama. Kedua kambing itu telah laku terjual. Pitung sangat senang. Uang hasil menjual kambing di masukkan kedalam kantong celananya, ia bergegas pulang pulang. Namun, di tengah jalan ia bertemu dengan segerombolan preman. Hei, mau kemana loTanya salah satu dari mereka. Mau pulang, Bangjawab Pitung dengan santai. Di mana rumah lotanyanya lagi sambil merogoh kantong celana Pitung. Di Rawabelong, Bang.Jawab Pitung Ya sudah, pulang sana.Ujar preman itu Pitung segera pulang. Pitung tidak sadar kalau uang di dalam kantongnya hasil menjual Kambing, ternyata sudah di ambil para preman tadi. Ketika Pitung sudah hampir sampai rumah, Pitung merogoh kantongnya bermaksud mengeluarkan uang hasil menjual kambingnya untuk di serahkan kepada babehnya. Namun, uang tersebut tidak ada. Pitung teringat ketika ia bertemu dengan preman, dan di ajak mengobrol. Salah satu dari preman mengambil uangnya dari dalam celana. Ah, bodoh banget sih gue. Sampe gak sadar preman-preman tadi ngajak ngobrol. Ujar Pitung menyesal. Pitung lalu kembali ke tempat pertemuannya dengan para preman. Para preman tak mau mengaku telah mengambil uangnya. Mereka terus menerus membantah. Akhirnya, Pitung mengeluarkan jurus bela dirinya. Ilmu yang di dapatnya dari Haji Naipin sangat berguna pada saat seperti ini. Para preman akhirnya menyerah dan mengembalikan uang Pitung. Mereka lalu lari ketakutan. Pemimpin gerombolan preman yang bernama Rais, sangat kagum dengan kehebatan ilmu bela diri yang di miliki Pitung. Lalu, pemimpin preman mencari tahu tempat tinggal Pitung dan mendatanginya. Rais berniat mengajak Pitung untuk bergabungnya untuk mencopet di pasar. Pitung sangat terkejut dan langsung saja menolak. Ilmu yang ia dapat dari pesantren melakukan perbuatan yang tidak terpuji itu. Pitung malah memberikan nasihat kepada mereka agar tidak lagi berbuat jahat kepada orang lain. Ia menasehatinya mereka agar membantu orang yang kesusahan. Mereka bingung. Bagaimana cara membantu orang-orang susah. Sedangkan mereka sendiri hidup serta kekurangan. Pitung mencari cara. Akhirnya, Pitung mendapatkan ide. Ia dan gerombolan preman itu akan mencopet dan merampok orang-orang kaya yang sombong. Hasil rampokkannya akan mereka berikan kepada orang-orang yang membutuhkan. Semenjak Pitung dan kawan-kawannya mulai beraksi, warga miskin sangat senang dan gembira. Kehidupan mereka berubah menjadi sedikit lebih baik. Meskipun Pitung seorang penyelamat bagi kaum miskin, ia tetap di anggap melakukan perbuatan yang tidak baik.. kompeni Belanda pada waktu itu berkuasa di Jakarta berusaha menangkap Pitung. Suatu hari ketika beraksi, Pitung berhasil di tangkap. Ia di jebloskan ke dalam penjara. Namun, Pitung berhasil melarikn diri dengan memanjat atap penjara. Ketika kabur dari penjara, di ketahui oleh polisi dan sempat mengejarnya serta menembaknya. Tetapi karena jimat si pitung menjadikan tubuhnya kebal, tubuhnya tidak bisa di tembus oleh peluru. Pitung lalu melarikan diri dan menjadi buronan polisi. Polisinya mencari kemana-mana. Keluarganya pun menjadi sasaran pencarian Pitung. Begitu juga dengan gurunya, Haji Naipin. Ia bahkan di paksa meberitahukan kelemahan Pitung. Haji Naipin akhirnya memberitahukan kelemahan Pitung yaitu di lempar dengan Telur Busuk. Para Polisi mencari Pitung ke berbagai Wilayah Jakarta. Berdasarkan penyeledikan mereka, Pitung bersembunyi di rumah kekasihnya di Kota Bambu. Ketika di serang Pitung masih berusaha melawan. Namun, para Polisi sudah tahu kelemahannya. Mereka langsung melempar Pitung dengan Telur Busuk ke tubuh Pitung. Ketika ia mulai tidak berdaya, Polisi langsung menembaknya. Pitung akhirnya tewas. Sebagian orang terutama orang miskin, Pitung di kenal sebagai Pahlawan. Mereka yang sempat di bantu oleh Pitung mengenang jasa-jasanya. Namun, Pitung tetap di anggap penjahat karena menolong orang dengan perbuatan yang tidak terpuji. Pesan moral gunakan ke mampuanmu dengan sebaik-baiknya dan jangan lupa untuk terus membantu orang lain

Riska Lestari
Minggu, 25 Februari 2018
Aplikasi Cerita Rakyat

Sigarlaki dan Si Limbat

Sigarlaki dan Si Limbat

Pada zaman dahulu di daerah Tondano, hiduplah seorang pemburu perkasa yang bernama Sigarlaki. Sigarlaki sangat tampan dan gagah perkasa, Sigarlaki juga terkenal dengan keahliannya memanah. tidak satupun sasaran meleset dari tombakannya. Sigarlaki juga mempunyai seorang pelayan yang sangat setia, namanya Limbat. Limbat tipe orang yang sederhana dan rajin, Limbat selalu menyelesaikan pekerjaan yang di perintahkan Sigarlaki. Suatu hari Sigarlaki pergi untuk berburuh. Namun tidak seperti biasanya, kali ini ia sangat kesal karena Sigarlaki pulang tanpa seekor binatang buruan. Kekesalan si Sigarlaki makin bertambah ketika Silimbat melaporkan pada tuannya kalo persediaan daging telah hilang dicuri orang. Apa? Mana mungkin ada orang yang berani melakukan hal itu. Aku tak percaya omonganmu. Tanpa berpikir panjang Sigarlaki menuduh Silimbat yang mencuri daging itu. Atau jangan- jangan kau sendiri yang mencuri dagingku? teriak Sigarlaki. Tidak Tuan, benar ada orang yang mencuri daging itu. Mana mungkin aku berani berbuat curang pada Tuan? Sigarlaki benar-benar marah. Ia merasa sangat sial hari itu. Sigarlaki terus menuduh Limbatah yang mencuri dagingnya. Kau harus membuktikan bahwa memang bukan kau pencurinya. Sekarang, ikut aku ke sungai, perintahnya pada Limbat. Meskipun tak mengerti, Limbat menuruti perintah tuannya. Menyelamlah ke dalam sungai ini. Aku akan menancapkan tombakku ke dasar sungai. Jika tombak ini lebih dulu keluar daripada kau, maka kau memang tak bersalah. Namun jika kepalamu yang keluar lebih dulu, berarti kau pencurinya, kata Sigarlaki. Limbat sungguh ketakutan. Mana bisa ia menyelam begitu lama, dan mana mungkin tombak itu bisa keluar sendiri dari sungai? Ia sangat cemas. Limbat tak bisa mengelak. Ia pun menyelam ke dasar sungai dan Sigarlaki menancapkan tombaknya. Tapi, baru beberapa detik berjalan, Sigarlaki melihat seekor babi hutan melintas. Ia segera mencabut tombaknya dan mengejar babi hutan itu. Sayangnya, babi hutan itu lari dengan cepat dan Sigarlaki kehilangan jejaknya. Limbat pun keluar dari sungai dengan lega. Tuan, sudah terbukti bukan aku yang mencuri daging Tuan, katanya. Enak saja, itu tadi hanya kebetulan. Kau harus mengulanginya sekali lagi, jawab Sigarlaki. Rupanya ia masih belum percaya kalau Limbat berkata jujur. Jika kali ini kau berhasil, aku baru percaya padamu, tambah Sigarlaki. Terpaksa, Limbat menyelam untuk kedua kalinya. Dengan penuh percaya diri, Sigarlaki sekali lagi menancapkan tombaknya. Tiba-tiba, Aduuhh kakiku! teriaknya. Ternyata seekor kepiting berukuran besar mencapit kakinya. Sigarlaki kesal sekali, ia lalu mencabut tombaknya. Sambil terpincang-pincang, ia berusaha memukul kepiting itu dengan tongkatnya. Untuk kedua kalinya Limbat keluar dari sungai. Dalam hati ia geli menyaksikan tuannya lari terpincang-pincang. Ia bersyukur, kejujurannya teIah terbukti. Limbat mengejar tuannya dan mengajaknya pulang ke rumah. Maafkan aku Limbat, ternyata kau memang jujur padaku, kata Sigarlaki. Limbat hanya tersenyum. Sejak saat itu, Sigarlaki tak pernah lagi menuduhnya dengan sembarangan.

Riska Lestari
Minggu, 25 Februari 2018
Aplikasi Cerita Rakyat

Pendidikan Agama Islam

Rangkuman Materi Pelajaran PAI Kelas 9 SMP

Bab 1 Al Qur’an Surah At-Tin
1) Surah at-Tin merupakan surah Makkiyah, yaitu surah yang diturunkan di kota mekah.
2) Surah at-Tin terdiri dari delapan ayat.
3) Isi dari surah at-Tin adalah bahwa manusia merupakan makhluk yang baik, tetapi juga bisa menjadi makhluk yang rendah jika manusia tidak beriman dan beramal saleh.

Bab 2 Hadis Tentang Menuntut Ilmu
Banyak dalil yang berhubungan dengan kewajiban untuk menuntut ilmu, antara lain:
1) menuntut ilmu itu wajib bagi orang Islam,
2) carilah ilmu meskipun ke negeri Cina,
3) carilah ilmu dari buaian ibu hingga liang lahat.

Bab 3 Iman Kepada Hari Akhir
1) Iman kepada hari akhir merupakan rukun iman yang ke lima dan kita wajib untuk mempercayainya.
2) Hari kiamat dapat dibedakan menjadi dua yaitu kiamat Sugro dan kiamat Kubro
3) Dengan iman terhadap hari akhir kita akan menjadi hati-hati waspada dan rajin beribadah.

Bab 4 Qanaah Dan Tasamuh
1) Qanaah adalah merasa cukup atas pemberian dari Allah swt. setelah berusaha dan berdoa.
2) Tasamuh adalah saling menghormati dan menghargai antara manusia yang satu dengan manusia yang lainnya.
3) Penerapan perilaku tasamuh antara lain:
a. Terhadap sesama teman
b. Terhadap sesama pemeluk agama Islam
c. Terhadap non muslim

Bab 5 Penyembelihan Hewan
1) Menyembelih hewan berarti mematikan hewan dengan cara memotong saluran nafas dan saluran makanan serta urat nadi utama di leher hewan tersebut.
2) Kurban yaitu tindakan menyembelih binatang tertentu atas dasar perintah Allah swt. dan petunjuk dari Rasulullah saw. dengan harapan agar dapat lebih mendekatkan diri kepada Allah swt.
3) Hewan yang dapat dijadikan kurban adalah domba kambing, unta, sapi atau kerbau.
4) Aqiqoh adalah menyembelih kambing sebagai tanda syukur kepada Allah swt. atas lahirnya anak laki-laki atau perempuan.

Bab 6 Haji dan Umrah
1) Syarat, rukun dan wajib haji
a. Syarat haji
1. Islam
2. Balig (dewasa)
3. Berakal sehat
4. Merdeka
5. Istitaah (mampu)
b. Rukun haji
1. Ihram
2. Wukuf di ‘Arafah
3. Tawaf Ifadah
4. Sa’i
5. Bercukur
6. Tertib
c. Wajib haji
1. Niat Ihram di Mikat
2. Mabit di Muzalifah
3. Mabit di Mina
4. Melontar jumlah Ula, Wusta dan ‘Akabah
5. Tawaf Wada.
2) Kegiatan yang dilakukan selama haji
a. Bersuci
b. Ihram (niat haji)
c. Berangkat menuju ‘Arafah dengan membaca talbiah, salawat dan do’a
d. Wukuf di ‘Arafah pada tanggal 9 Zulhijah
e. Berangkat menuju Muzalifah sehabis Magrib
f. Mabit di Muzalifah pada malam tanggal 10 Zulhijah
g. Kegiatan di Mina (mabit dan melempar jumrah)
h. Kembali ke Mekkah (tawaf ifadah dan tawaf wada)

Bab 7 Sejarah Perkembangan Islam Di Nusantara 1) Islam masuk ke Indonesia melalui jalur perdagangan, pendidikan, dan sosial budaya.
2) Penyebaran Islam di Indonesia dilakukan dengan melalui beberapa peranan, seperti:
a. peranan ulama
b. peranan perdagangan
c. peranan pendidikan
d. peranan pernikahan
3) Terdapat banyak kerajaan Islam di Indonesia, antara lain Kerajaan Samudra Pasai, Kerajan Aceh, Kerajaan Demak, Kerajaan Pajang, Kerajaan Mataram Baru, Kerajaan Cirebon, Kerajaan Banten, Kerajaan Gowa-Tallo, Kerajaan Ternate dan Tidore.

Bab 8 Al-Qur’an Surah Al-Insyirah
1) Dalam hidup kita harus selalu merasa optimis karena nikmat yang diberikan Allah swt. adalah tiada batas.
2) Jangan pernah berputus asa karena dibalik setiap kesulitan pasti ada kemudahan.
3) Berhasil atau tidaknya dalam melakukan sesuatu sangat ditentukan oleh kesungguhan usaha yang dilakukan.

Bab 9 Hadis Tentang Kebersihan
1) Allah itu suci dan menyukai hal-hal yang suci.
2) Allah itu bersih dan menyukai hal-hal yang bersih.
3) Allah itu mulia dan menyukai hal-hal yang mulia.
4) Allah itu indah dan menyukai hal-hal yang indah.
5) Perilaku bersih itu termasuk bagian dari keimanan.
6) Sesuatu amal akan diterima oleh Allah jika bersih.

Bab 10 Beriman Kepada Qada Dan Qadar
Qadanya dengan cara berusaha, berdoa akan tawakkal yang akan menentukan hasilnya (takdirnya).
1) Ciri-ciri orang beriman kepada qada dan qadar adalah:
a. selalu beriktiar dengaan sungguh untuk meraih ridha Allah swt.
b. Bertawakal kepada Allah swt. atas segala sesuatu yang diusahakannya.
c. Jika usahanya belum berhasil, tidak putus asa
d. Berusaha sungguh-sungguh agar dapat meraih prestasi yang diinginkan
e. Selau berdoa kepada Allah swt.
2) Pengertian
a. Qada adalah keputusan Allah swt. terhadap Makhluk-Nya atas segala sesuatu yang akan terjadi di dunia maupun di akhirat.
b. Qadar adalah segala ketentuan Allah swt. terhadap makhluk-Nya atas segala sesuatu yang telah terjadi.
Hubungan antara qada dan qadar adalah qada keputusan yang belum terjadi (rencana) sedangkan qadar peristiwa setelah terjadi, sehinggga jika terjadi musibah, memang sebelumnya sudah direncanakan (di qada) oleh Allah dan kejadiannya pun sudah Allah takdirkan.
3) Segala sesuatu selain Allah sudah diqadakan oleh-Nya, sehingga makhluknya harus berdoa dengan sungguh-sungguh agar qadanya baik sehingga takdirnyapun juga baik.

Bab 11 TakaMunfarid
Takabur atau sombong adalah tindakan menolak kebenaran dan merendahkan manusia
2) Contoh orang takabur adalah Fira’‘un, Karun dan abu Jahal
3) Akibat negatif dari sifat takabur adalah:
a. tidak mau menerima kebenaran
b. meremehkan orang lain
c. tidak bersyukur kepada Allah swt.
d. tidak disukai oleh orang lain
e. Dekat dengan setan dan diancam akan ditempatkan di neraka

Bab 12 Salat Sunah Berjamaah dan Munfarid
1) Salat sunah berjamaah antara lain:
– Salat tarawih
– Salat Idul Fitri
– Salat idul Adha
2) Salat sunah munfarid antara lain:
– Salat Tahiyatul Masjid
– Salat Tahajud
– Salat Istikharah
– Salat Sunah Rawatib
– Salat Duha
3) Salat sunah dilakukan sebagai salah satu cara untuk menyempurnakan salat fardu/wajib.

Bab 13 Seni Budaya Tradisi Islam
A) Seni tradisi Islam yakni:
1. seni bangunan
2. seni ukir
3. kaligrafi
4. seni tari
5. seni musik
6. seni pertunjukan
7. seni sastra
B) Jenis-jenis karya sastra:
1. hikayat
2. babat
3. suluk
C) Karya-karya suluk:
1. kitab bonang
2. syair perahu
3. syair dagang

Riska Lestari
Minggu, 25 Februari 2018
Aplikasi Rangkuman Mapel Kelas 9

Salatiga

Asal Mula Salatiga

Di daerah yang bernama Pandanaran, memerintahlah seorang bupati bernama Ki Ageng Pandanaran. Ia hanya memuaskan diri dengan kekayaannya dan memeras rakyatnya dengan memungut pajak yang yang berlebihan. Pada suatu ketika ia megambil harta seorang rakyatnya secara paksa karena tidak mampu membayar hutang-hutang pajaknya. Tunggakan pajakmu sudah bertumpuk, kerbaumu ini terpakas kami sita, kata Ki Ageng Pandanaran (sambil dikawal pengawal yang selalu membawa tombak) Jangan Gusti, tolonglah saya kerbau ini satu-satunya milik saya, jawab seorang rakyat jelata dengan rasa takut. Pada suatu hari, Ki Ageng Pandanaran bertemudengan pak tua , tukang rumput. Pak Tua, panggil Ki Ageng kepada pak tua yang ditemuinya. Oh Gusti, jawab pak tua itu. Berikan rumput ini padaku, Pak Tua, kata Ki Ageng Rumput ini untuk ternak kami Gusti. Jawab pak tua. “Kau kan bisa menyabit lebih banyak lagi nanti. Nah ini sekeping uang untukmu, sambung Ki Ageng. Tanpa diketahui Ki Ageng Pandanaran, pak tua menyelipkan kembali uang itu dalam tumpukan rumput yang akan dibawa. Kemudian rumput itu dibawa oleh Ki Ageng Pandanaran. . Begitulah hal itu terjadi berulang-ulang. Sampai suatu kali Sang Bupati menyadari perbuatan pak tua tersebut. Dan marahlah Ki Ageng kepada pak tua itu. Orang miskin yang sombong ! Kau menolak pemberianku ! Kau telah menghinaku pak tua, kata Ki Ageng kepada pak tua dengan sangat marah. Pada saat itu, tiba-tiba pak tua berubah wujud menjadi Sunan Kalijaga pemimpin agama yang dihormati bahkan oleh raja-raja. Maka Bupati Pandanaran pun sujud meminta ampun. Ki Sunan, maafkanlah segala kekhilafan saya, Ki ageng meminta maaf. Kau kumaafkan tetapi kuminta Kau meninggalkan seluruh hartamu dan mengikutiku pergi mengembara, jawab Sunan Kalijaga sambil selalu bertasbih. Baiklah Ki Sunan, sambung Ki Ageng. Istri Ki Ageng Panandaran pun ikut tanpa sepengetahuan Sunan Kalijaga , istri Ki Ageng Pandanaran membawa sebuah tongkat yang berisikan emas dan berlian. Namun di tengah perjalanan… Mereka dicegat oleh sekawalan perampok. “Harta atau nyawa, para perampok menodong Sunan dan Ki Ageng dengan membawa belati. Serahkanlah harta kalian atau nyawa melayang !, kata para perampok. Kalian tidak akan mendapatkan apapun dariku, karena aku tidak membawa apa-apa, Sunan Kali jaga menjawab sambil memegang tasbih untuk berzikir. Tanpa dinanya tiba-tiba Sunan menoleh kebelakang, sahut Sunan Kalijaga, Tetapi seorang wanita yang berjalan di belakangku membawa emas dan berlian di dalam tongkatanya Padahal Sunan tidak mengenal wanita itu istri yang ikut tanpa sepengetahuan dan tidak mengetahui bawaan dan isi bawaan itu. Dan itulah keistimewaan seorang wali yang mendapat pentujuk dan karomah dari Tuhan. Perampok-perampok itu pun mendapatkan isri bupati yang tertinggal di belakang karena tongkatnya terlalu berat. Mereka berusaha merampas tongkatnya. Istri Bupati berteriak-teriak minta tolong: Tolong-tolong! Kembalikan tongkatku Istri bupati pun berusaha merebut kembali tongkatnya: Jangan! Tolong! Tolong! Kembalikan tongkatku!. Tetapi kawanan perampok berhasil kabur dengan emas berlian milik istri bupati. Tolong! Kembalikan tongkatku! Kata istri bupati yang masih berusaha mengejar mereka namun gagal. Di hadapan Sunan Kalijaga. Ki Ageng Panandaran berkata, Maafkan kami Ki Sunan Sunan Kalijaga menjawab, Baiklah Sunan Kalijaga lalu berkata, Aku akan menamakan tempat ini Salatiga, karena kalian telah membuat tiga kesalahan Pertama, kalian sangat kikir, kedua, kalian sangat sombong, dan ketiga kalian telah menyengsarakan rakyat. Mudah-mudahan tempat ini manjadi tempat yang baik dan ramai nantinya

Riska Lestari
Minggu, 25 Februari 2018
Aplikasi Cerita Rakyat

Malin Kundang

Cerita Malin Kundang si Anak Durhaka

Adalah Malin Kundang nama si anak tersebut. Sejak kecil ia dibesarkan dengan cinta oleh ibunya sampai dewasa. Suatu ketika Malin Kundang ingin pergi merantau ke kota agar bisa merubah nasibnya, sang ibu merestuiMalin Kundanguntuk pergi dan cuma berpesan jangan lupa untuk kembali ke kampung halaman ketika sudah berhasil nanti. Sedih hati sang ibu melepas buah hati yang sangat dicintai sejak lahir tersebut, namun memang Malin Kundang sudah sangat bersikeras untuk pergi merantau. Bertahun-tahun sang ibu menanti kedatangan anaknya dengan penuh sabar. Didalam doanya sang ibu sering bermunajat kepada Tuhan agar melindungi Malin Kundang dari segala marabahaya dalam perjalanannya pulang nanti. Nan jauh disana, alkisah Malin Kundang kini sudah berhasil dalam usaha yang ia kerjakan di perantauannya. Kini ia sudah menjadi seorang saudagar kaya yang bergelimangan harta dan tahta. Suatu ketika Malin Kundang hendak melakukan perjalanan dagang ke suatu tempat. Setelah bersandar di pelabuhan, tiba-tiba ada seorang ibu yang datang dengan tiba-tiba sambil berlari dan memeluk Malin Kundang. Malin .Malin..Malin Kundang anakku, kau sudah datang, nak sang ibu berkata sambil menangis memeluk Malin Kundang yang baru saja turun dari kapalnya. Heisiapa kau.!! hardik Malin kepada si Ibu tersebut, Berani sekali kau mendekati ku dengan pakaian yang sudah jelek itu, lihat pakaianku yang mahal ini menjadi kotor!, kembali Malin Kundang menghardik ibunya dengan sangat keras. Sang ibu yang melihat gelagat anaknya yang sudah berubah, makin sedih dan tangisnya pun menjadi-jadi. Oh..Malin Kundang, kenapa kau berubah menjadi seperti ini, nak?aku ini ibumuibumu, tanya sedih sang ibu kepada Malin Kundang. Berulang-ulang sang ibu berkata kalau dialah ibu dari Malin Kundang. Akulah ibumu Malinapa kau sudah lupa dengan orang yang telah membesarkanmu, nak ratap sang ibu di kaki Malin Kundang. Apa?!, aku tidak pernah punya ibu seperti kau..!!, sontak sang ibu kaget, mukanya merah padam, darahnya serasa membeku, tangannya langsung lemas dan melepas pelukan dari kaki Malin Kundang. Engkau memang anak durhaka, tidak mau mengakui aku sebagai ibumu, aku kutuk kau menjadi batu!, murka sang ibu langsung terwujud, Malin yang mendengar sang ibu tiba-tiba berubah wujud menjadi sebuah batu dalam posisi meminta ampun kepada sang ibu. Namun ibarat nasi sudah menjadi bubur, kutukan sudah terucap, akhirnya Malin Kundang berubah menjadi batu untuk selama-lamanya.

Pesan moral : Jadilah orang yang berbakti pada orang tua. Dan janganlah sekali-kali durhaka padanya. Jagalah perasaannya dan janganlah sekali-kali berkata Ah . Bersikap sopan santun dan menuruti apa yang dinasehatinya dan selalu mendoakan kedua orang tua agar kita bisa menjadi orang yang selamat dan hidup dengan penuh berkah dunia akhirat.

Riska Lestari
Minggu, 25 Februari 2018
Aplikasi Cerita Rakyat

Cindelaras

Cindelaras

Pada Zaman Dahulu, Kerajaan Jenggala dipimpin oleh seorang raja yang bernama Raden Putra. Ia didampingi oleh seorang permaisuri yang baik hati dan seorang selir yang memiliki sifat iri dan dengki. Raja Putra dan kedua istrinya tadi hidup di dalam istana yang sangat megah dan damai. Hingga suatu hari selir raja merencanakan sesuatu yang buruk pada permaisuri raja. Hal tersebut dilakukan karena selir Raden Putra ingin menjadi permaisuri Selir baginda lalu berkomplot dengan seorang tabib istana untuk melaksanakan rencana tersebut. Selir baginda berpura-pura sakit parah. Tabib istana lalu segera dipanggil sang Raja. Setelah memeriksa selir tersebut, sang tabib mengatakan bahwa ada seseorang yang telah menaruh racun dalam minuman tuan putri. Orang itu tak lain adalah permaisuri Baginda sendiri,kata sang tabib. Baginda menjadi murka mendengar penjelasan tabib istana. Ia segera memerintahkan patih untuk membuang permaisuri ke hutan dan membunuhnya. Sang Patih segera membawa permaisuri yang sedang mengandung itu ke tengah hutan belantara. Tapi, patih yang bijak itu tidak mau membunuh sang permaisuri. Rupanya sang patih sudah mengetahui niat jahat selir baginda. Tuan putri tidak perlu khawatir, hamba akan melaporkan kepada Baginda bahwa tuan putri sudah hamba bunuh,kata patih. Untuk mengelabui raja, sang patih melumuri pedangnya dengan darah kelinci yang ditangkapnya. Raja merasa puas ketika sang patih melapor kalau ia sudah membunuh permaisuri. Setelah beberapa bulan berada di hutan, sang permaisuri melahirkan seorang anak laki-laki. Anak itu diberinya nama Cindelaras. Cindelaras tumbuh menjadi seorang anak yang cerdas dan tampan. Sejak kecil ia sudah berteman dengan binatang penghuni hutan. Suatu hari, ketika sedang asyik bermain, seekor rajawali menjatuhkan sebutir telur ayam. Cindelaras kemudian mengambil telur itu dan bermaksud menetaskannya. Setelah 3 minggu, telur itu menetas menjadi seekor anak ayam yang sangat lucu. Cindelaras memelihara anak ayamnya dengan rajin. Kian hari anak ayam itu tumbuh menjadi seekor ayam jantan yang gagah dan kuat. Tetapi ada satu yang aneh dari ayam tersebut. Bunyi kokok ayam itu berbeda dengan ayam lainnya. Kukuruyuk Tuanku Cindelaras, rumahnya di tengah rimba, atapnya daun kelapa, ayahnya Raden Putra;, kokok ayam itu Cindelaras sangat takjub mendengar kokok ayamnya itu dan segera memperlihatkan pada ibunya. Lalu, ibu Cindelaras menceritakan asal usul mengapa mereka sampai berada di hutan. Mendengar cerita ibundanya, Cindelaras bertekad untuk ke istana dan membeberkan kejahatan selir baginda. Setelah di ijinkan ibundanya, Cindelaras pergi ke istana ditemani oleh ayam jantannya. Ketika dalam perjalanan ada beberapa orang yang sedang menyabung ayam. Cindelaras kemudian dipanggil oleh para penyabung ayam. Ayo, kalau berani, adulah ayam jantanmu dengan ayamku,tantangnya. Baiklah,jawab Cindelaras. Ketika diadu, ternyata ayam jantan Cindelaras bertarung dengan perkasa dan dalam waktu singkat, ia dapat mengalahkan lawannya. Setelah beberapa kali diadu, ayam Cindelaras tidak terkalahkan. Berita tentang kehebatan ayam Cindelaras tersebar dengan cepat hingga sampai ke Istana. Raden Putra akhirnya pun mendengar berita itu. Kemudian, Raden Putra menyuruh hulubalangnya untuk mengundang Cindelaras ke istana. Hamba menghadap paduka,kata Cindelaras dengan santun. Anak ini tampan dan cerdas, sepertinya ia bukan keturunan rakyat jelata,pikir baginda. Ayam Cindelaras diadu dengan ayam Raden Putra dengan satu syarat, jika ayam Cindelaras kalah maka ia bersedia kepalanya dipancung, tetapi jika ayamnya menang maka setengah kekayaan Raden Putra menjadi milik Cindelaras. Dua ekor ayam itu bertarung dengan gagah berani. Tetapi dalam waktu singkat, ayam Cindelaras berhasil menaklukkan ayam sang Raja. Para penonton bersorak sorai mengelu-elukan Cindelaras dan ayamnya. Baiklah aku mengaku kalah. Aku akan menepati janjiku. Tapi, siapakah kau sebenarnya, anak muda?Tanya Baginda Raden Putra. Cindelaras segera membungkuk seperti membisikkan sesuatu pada ayamnya. Tidak berapa lama ayamnya segera berbunyi. Kukuruyuk Tuanku Cindelaras, rumahnya di tengah rimba, atapnya daun kelapa, ayahnya Raden Putra ayam jantan itu berkokok berulang-ulang. Raden Putra terperanjat mendengar kokok ayam Cindelaras. Benarkah itu?Tanya baginda keheranan. Benar Baginda, nama hamba Cindelaras, ibu hamba adalah permaisuri Baginda. Bersamaan dengan itu, sang patih segera menghadap dan menceritakan semua peristiwa yang sebenarnya telah terjadi pada permaisuri. Aku telah melakukan kesalahan,kata Baginda Raden Putra. Aku akan memberikan hukuman yang setimpal pada selirku,lanjut Baginda dengan murka. Kemudian, selir Raden Putra pun di buang ke hutan. Raden Putra segera memeluk anaknya dan meminta maaf atas kesalahannya Setelah itu, Raden Putra dan hulubalang segera menjemput permaisuri ke hutan.. Akhirnya Raden Putra, permaisuri dan Cindelaras dapat berkumpul kembali. Setelah Raden Putra meninggal dunia, Cindelaras menggantikan kedudukan ayahnya. Ia memerintah negerinya dengan adil dan bijaksana.
Pesan moral dari Dongeng Cerita Rakyat Indonesia Cindelaras adalah jika kita berbuat jahat maka kita akan mendapatkan buah dari sifat jahat itu di kemudian hari, begitu juga jika kita melakukan sebaliknya. Jauhilah sifat suka berjudi karena hanya akan merugikan diri kita.

Riska Lestari
Minggu, 25 Februari 2018
Aplikasi Cerita Rakyat

Danau Toba

Danau Toba

Pada zaman dahulu, di sebuah desa di wilayah Sumatera, hidup seorang petani. Ia seorang petani yang rajin bekerja walaupun lahan pertaniannya tidak luas. Ia bisa mencukupi kebutuhannya dari hasil kerjanya yang tidak kenal lelah. Sebenarnya usianya sudah cukup untuk menikah, tetapi ia tetap memilih hidup sendirian. Di suatu pagi hari yang cerah, petani itu memancing ikan di sungai. Mudah-mudahan hari ini aku mendapat ikan yang besar,rdquo; gumam petani tersebut dalam hati. Beberapa saat setelah kailnya dilemparkan, kailnya terlihat bergoyang-goyang. Ia segera menarik kailnya. Petani itu bersorak kegirangan setelah mendapat seekor ikan cukup besar. Ia takjub melihat warna sisik ikan yang indah. Sisik ikan itu berwarna kuning emas kemerah-merahan. Kedua matanya bulat dan menonjol memancarkan kilatan yang menakjubkan. Tunggu, aku jangan dimakan! Aku akan bersedia menemanimu jika kau tidak jadi memakanku. Petani tersebut terkejut mendengar suara dari ikan itu. Karena keterkejutannya, ikan yang ditangkapnya terjatuh ke tanah. Kemudian tidak berapa lama, ikan itu berubah wujud menjadi seorang gadis yang cantik jelita. Bermimpikah aku?, gumam petani. Jangan takut pak, aku juga manusia seperti engkau. Aku sangat berhutang budi padamu karena telah menyelamatkanku dari kutukan Dewata, kata gadis itu. Namaku Puteri, aku tidak keberatan untuk menjadi istrimu, kata gadis itu seolah mendesak. Petani itupun mengangguk. Maka jadilah mereka sebagai suami istri. Namun, ada satu janji yang telah disepakati, yaitu mereka tidak boleh menceritakan bahwa asal-usul Puteri dari seekor ikan. Jika janji itu dilanggar maka akan terjadi petaka dahsyat. Setelah sampai di desanya, gemparlah penduduk desa melihat gadis cantik jelita bersama petani tersebut. Dia mungkin bidadari yang turun dari langit, gumam mereka. Petani merasa sangat bahagia dan tenteram. Sebagai suami yang baik, ia terus bekerja untuk mencari nafkah dengan mengolah sawah dan ladangnya dengan tekun dan ulet. Karena ketekunan dan keuletannya, petani itu hidup tanpa kekurangan dalam hidupnya. Banyak orang iri, dan mereka menyebarkan sangkaan buruk yang dapat menjatuhkan keberhasilan usaha petani. Aku tahu Petani itu pasti memelihara makhluk halus! kata seseorang kepada temannya. Hal itu sampai ke telinga Petani dan Puteri. Namun mereka tidak merasa tersinggung, bahkan semakin rajin bekerja. Setahun kemudian, kebahagiaan Petan dan istri bertambah, karena istri Petani melahirkan seorang bayi laki-laki. Ia diberi nama Putera. Kebahagiaan mereka tidak membuat mereka lupa diri. Putera tumbuh menjadi seorang anak yang sehat dan kuat. Ia menjadi anak manis tetapi agak nakal. Ia mempunyai satu kebiasaan yang membuat heran kedua orang tuanya, yaitu selalu merasa lapar. Makanan yang seharusnya dimakan bertiga dapat dimakannya sendiri. Lama kelamaan, Putera selalu membuat jengkel ayahnya. Jika disuruh membantu pekerjaan orang tua, ia selalu menolak. Istri Petani selalu mengingatkan Petani agar bersabar atas ulah anak mereka. Ya, aku akan bersabar, walau bagaimanapun dia itu anak kita! kata Petani kepada istrinya. Syukurlah, kanda berpikiran seperti itu. Kanda memang seorang suami dan ayah yang baik, puji Puteri kepada suaminya. Memang kata orang, kesabaran itu ada batasnya. Hal ini dialami oleh Petani itu. Pada suatu hari, Putera mendapat tugas mengantarkan makanan dan minuman ke sawah di mana ayahnya sedang bekerja. Tetapi Putera tidak memenuhi tugasnya. Petani menunggu kedatangan anaknya, sambil menahan haus dan lapar. Ia langsung pulang ke rumah. Di lihatnya Putera sedang bermain bola. Petani menjadi marah sambil menjewer kuping anaknya. Anak tidak tau diuntung! Tak tahu diri ! Dasar anak ikan !, umpat si Petani tanpa sadar telah mengucapkan kata pantangan itu. Setelah petani mengucapkan kata-katanya, seketika itu juga anak dan istrinya hilang lenyap. Tanpa bekas dan jejak. Dari bekas injakan kakinya, tiba-tiba menyemburlah air yang sangat deras dan semakin deras. Desa Petani dan desa sekitarnya terendam semua. Air meluap sangat tinggi dan luas sehingga membentuk sebuah telaga. Dan akhirnya membentuk sebuah danau. Danau itu akhirnya dikenal dengan nama Danau Toba. Sedangkan pulau kecil di tengahnya dikenal dengan nama Pulau Samosir.
Pesan moral : Jadilah seorang yang sabar dan bisa mengendalikan emosi. Dan juga, jangan melanggar janji yang telah kita buat atau ucapkan

Riska Lestari
Minggu, 25 Februari 2018
Aplikasi Cerita Rakyat

Gunung Bromo

Gunung Bromo

 Dikisahkan zaman dulu hidup pasang muda suami istri di suatu dusun. Sang istri akhirnya hamil dan melahirkan seorang bayi perempuan. Anehnya, bayi perempuan ini sewaktu dilahirkan tidaklah menangis, sehingga kedua orang tuanya memberinya nama:Roro Antengyang berarti perempuan yang tenang atau diam. Waktu pun berlalu hingga Roro Anteng tumbuh menjadi gadis yang cantik jelita. Kecantikannya terkenal di kalangan para jejaka saat itu. Tak terkecuali seorang sakti mandraguna bernamaKiai Bima. Berbekal kebringasannya alias kesaktiannya, Kiai Bima mendatangi Roro Anteng untuk melamarnya disertai ancaman. Lamaran tersebut harus diterima, jika tidak ia akan membuat dusunnya binasa. Sebenarnya Roro Anteng merasa berat hati menerima lamaran tersebut. Namun, ia terpaksa menerimanya demi menyelamatkan dusunnya. Dan ia memiliki sebuah rencana untuk menggagalkan lamaran tersebut. Ya, Roro Anteng mensyaratkan kepada Kiai Bima jika ingin lamarannya diterima maka harus membuatkan sebuah danau dalam tempo satu malam. Karena tak ingin kehilangan Roro Anteng, Kiai Bima menyanggupinya. Berbekal batok kelapa Kiai Bima mulai mengeruk tanah untuk dijadikan danau. Dalam waktu singkat, danau sudah tampak akan selesai. Roro Anteng yang telah bersiasat kemudian meminta orang-orang dusun untuk memukul-mukul alu supaya hari sudah terdengar pagi dan ayam mulai berkokok. Kiai Bima segera sadar jika dirinya tidak berhasil menyelesaikan tantangan dari Roro Anteng. Ia pun tidak bisa memaksakan lamarannya. Hatinya yang kesal segera membanting batok kelapa yang dipegangnya kemudian meninggalkannya. Bekas batok kelapanya kemudian menjadiGunung Batokyang terletak di sebelah Gunung Bromo. Sementara, bekas galiannya menjadiSegara Wedi(lautan pasir) yang bisa dilihat sampai saat ini. Roro Anteng pun akhirnya bertemuJoko Segerdan menikah. Selama bertahun-tahun menikah mereka belum juga dikaruniai seorang anakpun. Akhirnya Joko Seger berdoa kepada sang pencipta jika dikaruniai anak, dia bersedia mengorbankan anaknya itu. Doa Joko Seger dikabulkan. Roro Anteng dan Joko Seger pun dikaruniai beberapa orang anak. Waktu berlalu sampai-sampai Joko Seger lupa dengan syarat doanya dulu. Waktu tidur, Joko Seger mendapat bisikan untuk memenuhi janjinya. Joko Seger sebenarnya tidak rela mengorbankan salah satu anaknya. Namun, karena jika tidak dituruti akan terjadi bencana dan lagipula itu adalah janjinya sendiri, maka ia menyampaikannya kepada anak-anaknya. Salah seorang di antara anak-anak Joko Seger dan Roro Anteng pun bersedia untuk dikorbankan. Hari H pun tiba. Keluarga Joko Seger menuju kawah Gunung Bromo seraya membawa aneka hasil bumi untuk sesaji. Salah seorang anak Joko Seger yang dikorbankan juga telah disiapkan. Bersama sesaji anak tersebut terjun ke kawah Gunung Bromo tersebut. Setelah janji tersebut dilaksanakan keluarga Joko Seger pun hidup bahagia di sekitaran Gunung Bromo. Keturunan mereka menamai diriSuku Tengger– yang berasal dari nama Roro Anteng dan Joko Seger.

Riska Lestari
Minggu, 25 Februari 2018
Aplikasi Cerita Rakyat

Keong Mas

Keong Mas

Alkisah di daerah jawa timur, tersebutlah seorang raja bernama Kertamarta, dia adalah raja dari Kerajaan Daha. Raja mempunyai dua orang putri, namanya Dewi Galuh dan Candra Kirana yang cantik dan baik. Candra kirana sudah ditunangkan oleh putra mahkota Kerajaan Kahuripan yaitu Raden Inu Kertapati yang baik dan bijaksana. Tapi Galuh Ajeng sangat iri pada Candra kirana, karena Galuh Ajeng menaruh hati pada Raden Inu. Dari perasaan iri itulah kemudian lama kelamaan berkembang menjadi perasaan benci. Galuh Ajeng kemudian merencanakan bagaimana cara menyingkirkan Candra Kirana dari kerajaan. Secara diam-diam Galuh Ajeng meminta bantuan nenek penyihir jahat yang diketahui memiliki mantra kutukan yang sangat mengerikan. Kepada nenek penyihir jahat itu, Galuh Ajeng meminta agar Candra Kirana dikutuk menjadi sesuatu yang mengerikan wujudnya. “ Baiklah.; Ujar si penyihir menyanggupi permintaan Galuh Ajeng.; Usahakan agar Candra Kirana dapat keluar dari istana hingga aku dapat bertemu langsung dengannya. Ketika itulah aku akan mengutuknya menjadi wujud lain.; Galuh Ajeng lantas bersiasat jahat. Dia melakukan fitnah kepada Candra Kirana. Akibat fitnah itu Prabu Kertamarta murka kepada Candra Kirana hingga mengusir anak bungsunya itu. Candra Kirana meninggalkan istana dengan hati terluka. Dia berjalan tidak tentu arah dan akhirnya tiba di pantai. Nenek sihir yang secara diam-diam mengikuti Candra Kirana, muncul ketika dilihatnya di pantai itu hanya ada Candra Kirana seorang diri.; Jadilah engkau keong mas!; Kutuk si nenek sihir. Mantra kutukan nenek sihir itu begitu kuat dan jahat. Dalam waktu sekejap Candra Kirana yang cantik rupawan berubah wujud menjadi keong mas. Nenek sihir lantas membuang keong emas jelmaan Candra Kirana ke laut seraya berseru.; Kutukanku akan hilang jika engkau bertemu dengan tunanganmu.; Suatu hari seorang nenek sedang mencari ikan dengan menggunakan jala. Keong Mas tersangkut pada jala yang ditebarkan si nenek. Si nenek membawa keong mas itu ke gubugnya. Semula dia hendak memasak keong mas yang didapatkannya itu. Namun ketika melihat betapa indahnya keong emas yang diapatkannya, si nenek mengurungkan niatnya. Si nenek kemudian meletakan keong emas di tempayan dan diberinya makan agar keong emas itu tidak mati. Besoknya nenek itu mencari ikan lagi dilaut tetapi tak seekorpun didapat. Tapi ketika ia sampai digubuknya ia kaget karena sudah tersedia masakan yang enak-enak. Sinenek bertanya-tanya siapa yang memgirim masakan ini karena merasa tidak memasak dan juga tidak meminta orang lain memasak untuknya. Karena perutnya telah lapar si nenek segera menyantap hidangan itu. Setelah selesai makan si nenek baru menyadari bahwa rumahnya telah bersih dan rapi. Begitu pula hari-hari berikutnya si nenek menjalani kejadian serupa, keesokan paginya nenek pura-pura kelaut ia mengintip apa yang terjadi, ternyata keong emas berubah menjadi gadis cantik langsung memasak, kemudian nenek menegurnya ; siapa gerangan kamu putri yang cantik ? ; Aku adalah putri kerajaan Daha yang disihir menjadi keong emas oleh saudaraku karena ia iri kepadaku ; kata keong emas, kemudian candra kirana berubah kembali menjadi keong emas. Nenek itu tertegun melihatnya. Sementara pangeran Inu Kertapati tak mau diam saja ketika tahu candra kirana menghilang. Iapun mencarinya dengan cara menyamar menjadi rakyat biasa. Nenek sihirpun akhirnya tahu dan mengubah dirinya menjadi gagak untuk mencelakakan Raden Inu Kertapati. Raden Inu Kertapati Kaget sekali melihat burung gagak yang bisa berbicara dan mengetahui tujuannya. Ia menganggap burung gagak itu sakti dan menurutinya padahal raden Inu diberikan arah yang salah. Diperjalanan Raden Inu bertemu dengan seorang kakek yang sedang kelaparan, diberinya kakek itu makan. Ternyata kakek adalah orang sakti yang baik Ia menolong Raden Inu dari burung gagak itu. Kakek itu memukul burung gagak dengan tongkatnya, dan burung itu menjadi asap. Akhirnya Raden Inu diberitahu dimana Candra Kirana berada, disuruhnya raden itu pergi kedesa dadapan. Setelah berjalan berhari-hari sampailah ia kedesa Dadapan Ia menghampiri sebuah gubuk yang dilihatnya untuk meminta seteguk air karena perbekalannya sudah habis. Tapi ternyata ia sangat terkejut, karena dari balik jendela ia melihatnya tunangannya sedang memasak. Akhirnya sihirnya pun hilang karena perjumpaan dengan Raden Inu. Tetapi pada saat itu muncul nenek pemilik gubuk itu dan putri Candra Kirana memperkenalkan Raden Inu pada nenek. Akhirnya Raden Inu memboyong tunangannya keistana, dan Candra Kirana menceritakan perbuatan Galuh Ajeng pada Baginda Kertamarta. Baginda minta maaf kepada Candra Kirana dan sebaliknya. Galuh Ajeng mendapat hukuman yang setimpal. Karena takut Galuh Ajeng melarikan diri kehutan, kemudian ia terperosok dan jatuh kedalam jurang. Akhirnya pernikahan Candra kirana dan Raden Inu Kertapatipun berlangsung. Mereka memboyong nenek dadapan yang baik hati itu keistana dan mereka hidup bahagia. Pesan Moral dari Cerita Rakyat Jawa Timur Kisah Keong Emas / Keong Mas adalah Kebenaran akan mengalahkan kebatilan atau kejahatan. Sifat iri hati itu seperti api yang akan membakar habis kayu kering kebaikan. Orang yang iri hati akan merasakan kekalahan dan kehancuran di kemudian hari.

Riska Lestari
Minggu, 25 Februari 2018
Aplikasi Cerita Rakyat